Baca Juga: Jokowi, Lobi Investasi Tesla untuk Indonesia Menjadi Negara Adidaya Baterai
Bulan lalu, Macron menggambarkan Islam sebagai "agama dalam krisis" dan mengumumkan rencana untuk undang-undang yang lebih ketat untuk menangani "separatisme" Islam di Prancis.
Ketegangan meningkat setelah guru sekolah menengah Samuel Paty dibunuh dan dipenggal pada 16 Oktober di pinggiran kota Paris sebagai pembalasan karena menunjukkan kepada siswanya kartun Nabi Muhammad yang menghujat selama kelas tentang kebebasan berekspresi.
Kartun yang menghina oleh majalah mingguan Prancis Charlie Hebdo juga diproyeksikan pada gedung-gedung di beberapa kota Prancis.
Macron membela kartun itu, dengan mengatakan Prancis "tidak akan melepaskan kartun kami," yang memicu kemarahan di seluruh dunia Muslim.
Pernyataannya memicu kontroversi besar dan boikot barang-barang Prancis, seperti produk susu dan kosmetik, oleh banyak negara Muslim termasuk Qatar, Yordania, Kuwait, Iran, Turki, dan Pakistan.
Baca Juga: Waspadai 10 Penyebab Serangan Jantung yang Tak Terduga, Salah Satunya Kurang Tidur
Demonstrasi juga terjadi dengan poster Macron dibakar dalam beberapa kasus. Turki telah menjadi salah satu negara dengan reaksi paling keras terhadap retorika Macron.**