Ternyata Sayyidah Aisyah Lakukan Qadha Puasa Ramadhan di Bulan Sya’ban

24 Maret 2021, 19:00 WIB
Ternyata Sayyidah Aisyah Lakukan Qadha Puasa Ramadhan di Bulan Sya’ban./ /Pixabay/mohamed_hassan

MANTRA SUKABUMI - Sayyidah Aisyah radlhiyallahu 'anha mengqhada puasa Ramadhan yang lalu pada bulan Sya’ban. Hal tersebut diceritakan oleh Abu Salamah dariNya langsung. 

Sayyidah Aisyah radlhiyallahu anha lakukan hal tersebut, karena dengan melaksanakan puasa Qadha Ramadhan yang lalu, saat bulan Sya’ban tiba akan memperoleh dua pahala puasa. 

Sebagaimana Rasulullah SAW juga selalu berpuasa pada bulan Sya’ban, dengan demikian Sayyidah Aisyah radlhiyallahu anha berbarengan dengan puasa Sya’ban Rasulullah SAW. 

Baca Juga: ShopeePay Mantul Sale Ajak Masyarakat Lebih Cuan di Momen Gajian

Baca Juga: Menhan Prabowo Subianto Pamerkan Anak Muda Lulusan Terbaik Militer Amerika Serikat untuk Ikut Bersamanya

Dikutip mantrasukabumi.com dari berbagai sumber, diriwayatkan bahwa Sayyidah Aisyah radlhiyallahu anha mengqadha puasa Ramadhan yang telah lalu dibulan Sya‘ban. 

Sebagaimana disebutkan oleh Abu Salamah yang langsung mendengarnya dari Sayyidah Aisyah radlhiyallahu anha, berikut kutipan-nya. 

كَانَ يَكُونُ عَلَيَّ الصَّوْمُ مِنْ رَمَضَانَ، فَمَا أَسْتَطِيعُ أَنْ أَقْضِيَ إِلَّا فِي شَعْبَانَ»، قَالَ يَحْيَى: الشُّغْلُ مِنَ النَّبِيِّ أَوْ بِالنَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ 

Artinya: “Saya mempunyai tanggungan utang puasa Ramadhan. Saya tidak mampu mengqadhanya kecuali di bulan Sya’ban. 

Menurut Yahya, Sayyidah Aisyah radlhiyallahu anha mengqadha di bulan Sya’ban dikarenakan ia sibuk melayani Nabi Muhammad ﷺ” (Muttafaq alaih).   

Syekh Musthafa Dib al-Bugha, beliau menulis didalam kitabnya. 

Baca Juga: 6 Alasan Mengapa Islam Melarang Suami Membentak Istri

وأما في شعبان فإنه صلى الله عليه وسلم كان يصوم أكثر أيامه فتتفرغ إحداهن لصومها أو تضطر لاستئذانه في الصوم لضيق الوقت عليها 

Artinya: “Adapun pada bulan Sya’ban, Nabi Muhammad SAW berpuasa pada sebagian besar hari-harinya. 

Kemudian salah satu istri Nabi Muhammad SAW meluangkan untuk berpuasa di dalamnya. Atau di antara mereka memang terdesak untuk meminta izin kepada Nabi Muhammad SAW 

untuk melaksanakan puasa karena waktunya sudah mepet” (Ta’liq Shahih al-Bukhari). 

Iman Ibnu Hajar al-Asqalani, berkomentar tentang hadits tersebut di atas 

 قَوْلُهُ فَمَا أَسْتَطِيعُ أَنْ أَقْضِيَهُ إِلَّا فِي شَعْبَانَ اسْتُدِلَّ بِهِ عَلَى أَنَّ عَائِشَةَ كَانَتْ لَا تَتَطَوَّعُ بِشَيْءٍ مِنَ الصِّيَامِ لَا فِي عَشْرِ ذِي الْحِجَّةِ وَلَا فِي عَاشُورَاءَ وَلَا غَيْرِ ذَلِكَ وَهُوَ مَبْنِيٌّ عَلَى أَنَّهَا كَانَتْ لَا تَرَى جَوَازَ صِيَامِ التَّطَوُّعِ لِمَنْ عَلَيْهِ دَيْنٌ مِنْ رَمَضَانَ 

Baca Juga: Teddy Gusnaidi: Apapun Hasil Proses Hukum Habib Rizieq Shihab, Bukan Lagi Urusan Presiden

Artinya: “Penjelasan tentang redaksi ‘Saya tidak mampu menunaikan qadha puasa tersebut kecuali di bulan Sya’ban.

Menunjukkan bahwa Sayyidah Aisyah radlhiyallahu anha tidak pernah melakukan puasa sunnah sekali pun, baik 10 hari bulan Dzul Hijjah, tidak pula 10 hari di bulan Asyura’ dan lain sebagainya. 

Hal ini berdasarkan pandangan Sayyidah Aisyah radlhiyallahu anha bahwa puasa sunnah hanya dilakukan bagi orang yang masih mempunyai hutang puasa Ramadhan. 

Dan hal tersebut hukumnya tidak diperbolehkan untuk ditunda” (Ibnu Hajar al-Asqalani, Fathul Bari li Ibni Hajar, 1379. juz 4, hal. 191)   

Apabila sudah masuk bulan Sya’ban, dan waktu mengqadla puasa Ramadhan yang lalu sudah menjadi sempit, maka tidak boleh ditunda-tunda lagi.   

وَفِي الْحَدِيثِ دَلَالَةٌ عَلَى جَوَازِ تَأْخِيرِ قَضَاءِ رَمَضَانَ مُطْلَقًا سَوَاءٌ كَانَ لِعُذْرٍ أَوْ لِغَيْرِ عُذْرٍ  

Baca Juga: Demi Bangun Partai Gerindra, Prabowo Subianto Gandeng Anak Muda Lulusan Terbaik Militer Amerika Serikat

Artinya: “Hadits tersebut menunjukkan diberbolehkannya mengakhirkan qadha Ramadhan secara mutlak baik karena uzur atau tidak.” 

Penyataan Imam Ibnu Hajar ini berbeda dengan beberapa ulama yang berpendapat bahwa, orang yang meninggalkan puasa karena tidak ada udzur, maka wajib baginya disegerakan. 

Syeikh Abu Bakar Al-Hishni Rahimahullah dalam kitab Kifayatul Akhyar mengatakan:   

وَالْقَضَاء الَّذِي على الْفَوْر هُوَ الَّذِي تعدى فِيهِ بالإفطار فَيحرم تَأْخِير قَضَائِهِ وَالَّذِي على التَّرَاخِي مَا لم يَتَعَدَّ فِيهِ كالفطر بِالْمرضِ وَالسّفر وقضاؤه على التَّرَاخِي مَا لم يحضر رَمَضَان آخر

Artinya, “Puasa yang harus segera diqadha adalah puasa yang dibatalkan dengan sengaja tanpa uzur. 

Qadha puasa seperti ini haram ditunda-tunda. Adapun puasa yang tidak harus segera diqadha adalah puasa yang dibatalkan yang tidak disebabkan uzur. 

Baca Juga: Ombudsman RI Sarankan Pemerintah Tidak Alergi Kritik dari Masyarakat

Baca Juga: Catat, ini 5 Makanan dan Minuman yang Harus Dihindari Saat Usia 40an, Salah Satunya Kentang Goreng

Yaitu tidak berpuasa karena sakit atau sedang dalam perjalanan, qadha puasa seperti ini boleh ditunda selama belum datang Ramadhan berikutnya,” (Kifayatul Akhyar, juz I, hal. 207)

Dengan demikian, kita dapat mengetahui bagaimana totalitas dan kebijaksanaan Sayyidah Aisyah radlhiyallahu anha dalam melayani suaminya, Nabi Muhammad ﷺ. 

Al-Hafidz adz-Dzahabi menyanjung Sayyidah Aisyah radlhiyallahu anha dalam kitabnya. 

 وَلاَ أَعْلَمُ فِي أُمَّةِ مُحَمَّدٍ -صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ- بَلْ وَلاَ فِي النِّسَاءِ مُطْلَقاً امْرَأَةً أَعْلَمَ مِنْهَا.  

Artinya: "Tidak saya ketahui pada umat Muhammad ﷺ, bahkan semua wanita secara mutlak, ada wanita yang lebih berilmu daripada Sayyidah Aisyah radlhiyallahu anha" (Siyaru A'lamin Nubala, juz 3, hal. 428). ***

Editor: Ridho Nur Hidayatulloh

Tags

Terkini

Terpopuler