2 Kunci Puasa Ramadhan Diterima dan Dapat Melebur Dosa yang Telah Lalu

31 Maret 2023, 23:45 WIB
2 Kunci Puasa Ramadhan Diterima dan Dapat Melebur Dosa yang Telah Lalu./* /Pexels /hirdman/Pexels/Thirdman


MANTRA SUKABUMI - Puasa Ramadhan memiliki 2 kunci, sebagai indikasi bahwa puasa seorang muslim diterima oleh Allah SWT.

2 kunci ini merupakan syarat mutlak untuk dapat menghapus dosa-dosa seorang muslim yang telah lalu, seperti yang dijelaskan oleh Rasulullah SAW, dalam hadistnya.

Banyak orang yang berpuasa namun hanya lapar dan dahaga yang ia dapatkan, dikarenakan hilangnya 2 kunci yang akan dijelaskan di bawah ini.

Baca Juga: Bacaan Niat dan Doa Buka Puasa Ramadhan, Lengkap Tulisan Arab dan Artinya

 

Dilansir mantrasukabumi.com dari berbagai sumber, kaitannya dengan 2 kunci yang menjadi syarat mutlak dosa seorang muslim diampuni oleh Allah SWT.

Diriwayatkan oleh Sayyidina Abu Hurairah Radhiyallahu'anhu, dari Nabi Muhammad SAW beliau bersabda:

مَنْ صَامَ رَمَضَانَ إِيْمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ [وفي رواية]: مَنْ قَامَ رَمَضَانَ إِيْمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ

[رواه البخاري ومسلم]

Artinya, “Siapa saja yang berpuasa Ramadhan dengan dasar iman dan Ihtisaban, maka dosanya yang lalu pasti diampuni.”

Di dalam riwayat lain Rasulullah SAW bersabda: “Siapa saja yang melakukan qiyam di malam hari Ramadhan, dengan dasar iman dan Ihtisaban, maka dosanya yang lalu pasti diampuni.” (Hr. Bukhari dan Muslim)

Makna iman dan Ihtisaban adalah 2 kunci yang dimaksud diatas, dan 2 kunci tersebut dinyatakan dalam hadits Rasulullah SAW.

Al-Hafidz Imam Ibn Hajar radhiallahu’anhu, menuturkan dalam kitabnya Fath al-Bari sebagai berikut:

اَلْمُراَدُ بِالإِيْمَانِ: الاِعْتِقَادُ بِفَرْضِيَّةِ صَوْمِهِ. وَبِالاِحْتِسَابِ: طَلَبُ الثَّوَابِ مِنَ اللهِ تَعَالَى.

Artinya, “Maksud dari lafadz, “IMANAN” adalah meyakini kewajiban puasanya. Sedangkan maksud lafadz, “IHTISABAN” adalah mencari pahala dari Allah SWT.

Al-Manawi menjelaskan, dalam kitab Faidh al-Qadir, sebagai berikut:

مَنْ صَامَ رَمَضَانَ إِيْمَاناً: تَصْدِيْقاً بِثَوَابِ اللهِ أَوْ أَنَّهُ حَقٌّ، وَاحْتِسَاباً لأَمْرِ اللهِ بِهِ، طَالِباً الأَجْرَ أَوْ إِرَادَةَ وَجْهِ اللهِ، لاَ لِنَحْوِ رِيَاءَ، فَقَدْ يَفْعَلُ المُكَلَّفُ الشَّيْءَ مُعْتَقِدًا أَنَّهُ صَادِقٌ لَكِنَّهُ لَا يَفْعَلُهُ مُخْلِصاً بَلْ لِنَحْوِ خَوْفٍ أَوْ رِيَاءَ

Artinya, “Siapa saja yang puasa Ramadhan dengan “IMANAN” yaitu membenarkan pahala dari Allah, bahwa pahala itu benar, dan dengan “IHTISABAN” semata karena menunaikan perintah Allah,dengan mengharap pahala, atau berharap kepada Allah, bukan untuk tujuan riya’ Sebab, kadang seorang Mukallaf melakukan sesuatu, dia yakin bahwa itu benar, tetapi dia tidak melakukannya dengan ikhlas, namun karena takut atau riya’.”

Baca Juga: 7 Jenis Makanan yang Bisa Tingkatkan Imun Tubuh di Bulan Ramadhan

Imam an-Nawawi Rahimahullah Ta'ala juga menjelaskan hadits di atas dengan menyatakan:

مَعْنَى إِيْمَاناً: تَصْدِيْقاً بِأَنَّهُ حَقٌّ مُقْتَصِدٌ فَضِيْلَتُهُ، وَمَعْنَى اِحْتِسَاباً، أَنَّهُ يُرِيْدُ اللهَ تَعَالَى لاَ يَقْصُدُ رُؤْيَةَ النَّاسِ وَلاَ غَيْرَ ذَلِكَ مِمَّا يُخَالِفُ الإِخْلاَصَ

Artinya, “Makna “IMANAN” adalah membenarkan, bahwa itu memang benar, dengan nilai keutamaan. Sedangkan makna “IHTISABAN” adalah dia menginginkan Allah SWT, bukan berharap dilihat manusia, dan bukan yang lain. Dengan sesuatu yang menyalahi keikhlasan.”

Al-Hafidz Ibn Jauzi menambahkan:

قَوْلُهُ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: “إِيْمَانًا وَاحْتِسَابًا” أيْ تَصْدِيْقًا بِالمَعْبُوْدِ الآمِرِ لَهُ، وَعِلْمًا بِفَضِيْلَةِ الْقِيَامِ وَوُجُوْبِ الصِّيَامِ، وَخَوْفًا مِنْ عِقَابِ تَرْكِهِ، وَمُحْتَسِبًا جَزِيْلَ أَجْرِهِ، وَهَذِهِ صِفَةُ المُؤْمِنِ [كشف المشكل في حديث الصحيحين

 

Artinya, “Sabda Nabi Muhammad SAW “IMANAN” dan “IHTISABAN” maksudnya adalah membenarkan Dzat yang Disembah, yang Maha Memberi Perintah kepadanya,dengan meyakini keutamaan qiyamu lailnya, dan kewajiban puasanya. Takut terhadap siksa-Nya ketika meninggalkannya, serta berharap pahala-Nya yang berlimpah. Inilah sifat orang Mukmin.” (Kasyf al-Musykil fi Hadits as-Shahihain).***

Editor: Indira Murti

Tags

Terkini

Terpopuler