Sampai Dipotong Lidahnya, Kisah Syaikh Farazdaq yang Selalu Memuji Rasulullah dengan Syair Sholawat

3 November 2020, 08:35 WIB
Ilustrasi bacaan Sholawat Nabi. /Doknet./


MANTRA SUKABUMI - Alkisah, dulu ada seorang penyair hebat dan sangat terkenal yang bernama Syaikh Farazdaq dimana beliau selalu asyik memuji Rasulullah Shalallahu alaihi wassalaam dengan lantunan syair sholawat.

Suatu waktu ketika Syaikh Farazdaq melakukan ibadah haji kemudian datang berziarah ke makam Rasulullah dan membaca qasidah di makam baginda Rasulullah SAW, ketika itu ada seseorang yang mendengarkan qasidah pujian yang dilantunkannya.

Setelah selesai membaca qasidah, orang itu menemui Syaikh Farazdaq dan mengajak beliau untuk makan siang ke rumahnya.

Baca Juga: Buruan Cek Penerima BPUM BRI Melalui eform.bri.co.id, Jika NIK KTP Tidak Terdaftar, Lakukan Cara Ini

Baca Juga: Hati-Hati, Body Shaming Ternyata Termasuk Dosa Besar

Beliau pun menerima ajakan orang tersebut dan setelah berjalan jauh hingga keluar dari Madinah al-Munawwarah sampailah keduanya di rumah yang dituju.

Sesampainya di dalam rumah, orang tersebut memegangi Syaikh Farazdaq dan berkata : “Sungguh aku sangat membenci orang-orang yang memuji-muji Muhammad Shalallahu alaihi wassalaam dan kubawa engkau ke sini untuk ku gunting lidahmu!.”

Maka orang itu menarik lidah syeikh lalu mengguntingnya dan berkata : “Ambillah potongan lidahmu ini dan pergilah untuk kembali memuji Muhammad Shalallahu alaihi wassalaam.

Maka Syaikh Farazdaq pun menangis karena rasa sakit dan sedih sebab tidak bisa lagi membaca syair untuk Sayyidina Muhammad Shalallahu alaihi wassalaam.

Kemudian beliau datang ke makam Rasulullah Shalallahu alaihi wassalaam seraya berdoa : “Ya Allah jika penghuni makam ini tidak suka atas pujian-pujian yang aku lantunkan untuknya, maka biarkan aku tidak lagi boleh berkata-kata seumur hidupku, karena aku tidak memerlukan lidah ini kecuali hanya untuk memujiMu dan memuji NabiMu. Namun jika Engkau dan NabiMu ridho, maka kembalikanlah lidahku ini ke mulutku seperti semula.”

Beliau terus menangis hingga tertidur dan bermimpi berjumpa dengan Rasulullah Shalallahu alaihi wassalaam yang berkata : “Aku suka mendengar pujian-pujianmu, berikanlah potongan lidahmu.”

Baca Juga: Jadwal Acara Trans 7 Hari Ini 3 November 2020, Ada Opera Van Java dan Indonesia Giveaway

Lalu Rasulullah mengambil potongan lidah itu dan mengembalikannya pada tempatnya semula.

Ketika Syaikh Farazdaq terbangun dari tidurnya beliau mendapati lidahnya telah kembali seperti sediakala, maka beliaupun bertambah dahsyat memuji Rasulullah Shalallahu alaihi wassalaam

Hingga di tahun selanjutnya beliau datang lagi menziarahi Rasulullah dan kembali membaca pujian-pujian untuk Rasulullah.

Dan di saat itu datanglah seorang yang masih muda dan gagah serta berwajah cerah menemui beliau dan mengajak beliau untuk makan siang di rumahnya.

Beliau teringat kejadian tahun yang lalu namun beliau tetap menerima ajakan tersebut sehingga beliau dibawa ke rumah anak muda itu.

Sesampainya di rumah anak muda itu, beliau dapati rumah itu adalah rumah yang dulu pernah beliau datangi lalu lidah beliau dipotong.

Anak muda itu pun meminta beliau untuk masuk yang akhirnya beliau pun masuk ke dalam rumah itu hingga mendapati sebuah kurungan besar terbuat dari besi dan di dalamnya ada seekor kera yang sangat besar dan kelihatan sangat ganas.

Kemudian anak muda itu berkata : “Engkau lihat kera besar yang ada di dalam kandang itu, dia adalah ayahku yang dahulu telah menggunting lidahmu, maka keesokan harinya Allah mengubahnya menjadi seekor kera.”. Naudzubillah.

Dan hal yang seperti ini telah terjadi pada ummat terdahulu, sebagaimana firman Allah:

“Maka setelah mereka bersikap sombong terhadap segala apa yang dilarang, Kami katakan kepada mereka: “Jadilah kalian kera yang hina." (QS. al-A’raf ayat 166).

Baca Juga: BMKG Nyatakan Terjadi Gempa Bumi di Seram Bagian Timur Maluku Berkekuatan 5,2 Magnitudo

Kemudian anak muda itu berkata : “Jika ayahku tidak boleh sembuh, maka lebih baik Allah matikan saja.”

Maka Syaikh Farazdaq berdoa : “Ya Allah aku telah memaafkan orang itu dan tidak ada lagi dendam dan rasa benci kepadanya.”
Dan seketika itu pun Allah mematikan kera itu dan mengembalikannya pada wujud yang semula.

Dari kejadian ini jelaslah bahwa sungguh Allah mencintai orang-orang yang suka memuji Nabi Muhammad Shalallahu alaihi wassalaam. Karena pujian kepada Nabi Muhammad disebabkan oleh cinta. **

Editor: Emis Suhendi

Tags

Terkini

Terpopuler