Isi Kandungan dan Tafsir Surat Al-Fatihah Ayat 6 tentang Macam-macam Hidayah Allah SWT

- 1 Maret 2022, 06:20 WIB
Isi Kandungan dan Tafsir Surat Al-Fatihah Ayat 6 tentang Macam-macam Hidayah Allah SWT
Isi Kandungan dan Tafsir Surat Al-Fatihah Ayat 6 tentang Macam-macam Hidayah Allah SWT /Pixabay.com/kaheel7

MANTRA SUKABUMI - Surat Al-Fatihah terdiri dari tujuh ayat yang diturunkan di Kota Mekkah.

Pada ayat yang ke-6 dari surat Al-Fatihah terdapat isi kandungan dan tafsir yang menjelaskan macam-macam hidayah Allah SWT.

Menurut Tafsir Tahlili Qur'an Kemenag, setidaknya ada empat macam hidayah yang Allah SWT berikan kepada makhluk-Nya.

Baca Juga: Kisruh Pengeras Suara atau Toa Menag Gus Yaqut, Gus Baha: Dangdut Saja Boleh Keras, Masa Adzan Gak Boleh

Dirangkum mantrasukabumi.com, berikut isi kandungan dan tafsir surat Al-Fatihah ayat 6 tentang macam-macam hidayah Allah SWT.

1. Hidayah Naluri (Garīzah)

Manusia begitu juga binatang-binatang, dilengkapi oleh Allah dengan bermacam-macam sifat, yang timbulnya bukan dari pelajaran, bukan pula dari pengalaman, melainkan telah dibawanya dari kandungan ibunya.

Sifat-sifat inilah yang dinamakan dengan istilah “naluri” yang dalam bahasa Arab disebut garīzah.

Umpamanya, seorang bayi bila merasa lapar dia menangis, sesudah terasa di bibirnya puting susu ibunya, dihisapnya sampai hilang laparnya.

Perbuatan ini dikerjakannya tanpa seorang pun yang mengajarkan kepadanya, bukan pula timbul dari pengalamannya, hanya semata-mata ilham dan petunjuk dari Allah kepadanya, untuk mempertahankan hidupnya.

Naluri (garīzah) terdapat pada manusia dan binatang, hanya saja perbedaannya ialah naluri manusia bisa menerima pendidikan dan perbaikan, sementara naluri binatang tidak.

2. Hidayah Pancaindra

Karena naluri itu sifatnya belum pasti sebagaimana disebutkan di atas, maka ia belum cukup untuk jadi hidayah bagi kebahagiaan hidup manusia di dunia dan di akhirat.

3. Hidayah Akal (pikiran)

Naluri yang ditambah dengan pancaindra juga belum cukup untuk jadi pokok-pokok kebahagiaan manusia. Banyak lagi benda-benda dalam alam ini yang tidak dapat dirasakan oleh panca indera.

Sebab itu, manusia dilengkapi juga oleh Allah SWT dengan pancaindra yang sangat besar perannya terhadap pertumbuhan akal dan pikiran manusia.

Baca Juga: Kabar Baik bagi Guru ASN, TPG Triwulan 1 Cair Maret 2022 Inilah Persyaratan dan Juknis yang Harus Dipenuhi

a. Akal dan kadar kesanggupannya
Dengan adanya akal manusia dapat menyalurkan naluri ke arah yang baik, agar naluri itu menjadi sumber bagi kebaikan, dan manusia dapat membetulkan kesalahan-kesalahan pancaindranya, membedakan yang buruk dengan yang baik.

b. Benih agama dan akidah tauhid pada jiwa manusia

Jika menilik kepada agama-agama dan kepercayaan-kepercayaan yang diciptakan oleh manusia (al-adyān al-waḍ‘iyyah) terlihat bahwa pada jiwa manusia telah ada bibit-bibit kecenderungan beragama.

c. Pendapat Orang-orang Arab sebelum Islam tentang Khalik (Pencipta)

Orang-orang Arab sebelum datang agama Islam, kalau ditanyakan kepada mereka, “Siapakah yang menjadikan langit dan bumi ini?” Mereka menjawab, “Allah.” Kalau ditanyakan, “Adakah al-Lata dan al-Uzza itu menjadikan sesuatu yang ada pada alam ini?” Mereka menjawab, “Tidak!” Mereka sembah dewa-dewa itu hanya untuk mengharapkan perantaraan dan syafaat dari mereka terhadap Tuhan yang sebenarnya.

d. Kepercayaan tentang akhirat bisa dicapai oleh akal

Manakala manusia memikirkan “kemanakah kembalinya alam ini?” akan sampailah dia pada keyakinan bahwa di balik hidup di dunia yang fana ini akan ada lagi hidup di hari kemudian yang kekal dan abadi.

4. Hidayah Agama

Allah mengutus rasul-rasul untuk membawa agama yang akan menunjukkan kepada manusia jalan yang harus mereka tempuh untuk kebahagiaan mereka di dunia dan akhirat.

Mula-mula yang ditanamkan oleh rasul-rasul itu adalah kepercayaan tentang adanya Tuhan Yang Maha Esa dengan segala sifat-sifat kesempurnaan-Nya, guna membersihkan itikad manusia dari syirik (mempersekutukan Allah).

Baca Juga: Simak, Inilah 10 Jenis Makanan yang Haram Dimakan, Isi Kandungan dan Tafsir Surat Al-Maidah Ayat 3

Allah telah menganugerahkan agama Islam sebagai hidayah dan senjata hidup yang penghabisan, atau jalan kepada kebahagiaan yang terakhir, tetapi adakah semua orang, pandai mempergunakan senjata itu, dan adakah semua hamba Allah sukses dalam menempuh jalan yang telah dibentangkan oleh Tuhan?

Banyak manusia salah menerapkan agama, tidak beribadah (menyembah Allah) sesuai dengan yang diridai oleh yang disembah, tidak melaksanakan syariat sesuai dengan yang dimaksud oleh pembuat syariat itu.

Karena itu Allah mengajarkan kepada manusia cara memohon kepada-Nya agar diberi-Nya ma‘ūnah, dibimbing dan dijaga selama-lamanya, serta diberi-Nya taufik agar dapat memanfaatkan semua macam hidayah yang telah dianugerahkan itu menurut semestinya.

Tegasnya, manusia yang telah diberi Allah bermacam-macam hidayah yang disebutkan di atas (naluri, pancaindra, akal dan agama) belumlah cukup, tetapi dia masih membutuhkan ma‘ūnah dan bimbingan dari Allah (yaitu taufik-Nya).

Maka ma‘ūnah dan bimbingan itulah yang kita mohonkan, dan kepada Allah sajalah kita hadapkan permohonan itu. Dengan perkataan lain, Allah telah memberi manusia hidayah-hidayah tersebut, seakan-akan Dia telah membentangkan jalan raya yang akan menyampaikan manusia kepada kebahagiaan hidup duniawi dan ukhrawi. Kemudian yang dimohonkan kepada-Nya lagi, ialah “agar membimbing kita dalam melalui jalan yang telah terbentang itu.”

Itulah isi kandungan dan tafsir surat Al-Fatihah ayat 6 tentang macam-macam hidayah Allah SWT kepada makhluk-Nya.***

Editor: Emis Suhendi


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah