Bicara Radikal, Cak Nun: Tolong Polisi dan Pemerintah Jangan Terlalu Ikut Arus Menjelekan Islam

26 November 2020, 20:53 WIB
Bicara Radikal, Cak Nun: Tolong Polisi dan Pemerintah Jangan Terlalu Ikut Arus Menjelekan Islam /Wilujeng Kharisma/Pikiran Rakyat

MANTRA SUKABUMI - Muhammad Ainun Najib merupakan seorang tokoh budayawan yang tinggal di Jogjakarta dan biasa dipanggil dengan sapaan akrab Cak Nun.

Cak Nun mempunyai jamaah dari semua kalangan yang biasa disebut dengan Jamaah Maiyah. Cak Nun juga sering memanggil jamaahnya dengan kata ‘Arek Maiyah’. Sebab jamaah yang biasa mengikuti ceramah-ceramah Cak Nun merupakan kalangan dari para santri-santri muda atau para pemuda yang masih remaja.

Dalam hal ini, Cak Nun berpesan kepada Pemerintah dan Kepolisian untuk tidak mengikuti arus dengan menjelek-jelekan Islam. Tambahnya, Ia mengatakan sebelum dirinya akan marah-marah.

Baca Juga: Gajian Sudah Tiba? Promo Bombastis Menanti di Shopee Gajian Sale!

Baca Juga: Viral Video Wanita Ucapkan Takbir Saat Ditilang Polisi, Budiman Sudjatmiko Beri Tanggapan Menohok

Sebagaimana dikutip mantrasukabumi.com dari kanal YouTube Masyarakat Maiyah pada Kamis, 26 November 2020, Cak Nun menyampaikan jangan sampai pemerintah mencurigai adanya Islam radikal.

Dalam unggahan channel You Tube Masyarakat Maiyah pada 8 Desember 2019, Budayawan Indonesia itu juga menyampaikan bahwa Islam menyumbang rasa syukur karena mereka semua menghayati nilai-nilai dari Allah dan dari Islam.

Cak Nun Juga menjelaskan bahwa Islam itu mengajarakan rasa syukur dan rasa syukur tersebut tidak ada di luar agama Islam. Tambahnya, Ia mengatakan kalau ayat tentang syukur sudah jelas dalam islam,

“karena islam menyumbang rasa syukur, itu adalah karena mereka semua, menghayati nilai-nilai dari allah dari islam, islam itu yang mengajarkan rasa syukur dan rasa syukur itu tidak ada di luar islam, itu ayatnya jelas dalam Islam, dunia ini seharusnya rusuh terus sedunia, tapi karena orang Islam itu pandai bersyukur maka dunia ini menjadi aman,” ujar Cak Nun saat berceramah menggunakan bahasa Jawa.

Budayawan Indonesia itu menegaskan kepada pihak Polisi dan Pemerintah untuk tidak mengikuti arus dalam menjelek-jelekan Islam. Tambahnya, Cak Nun menegaskan dalam bicaranya mengungkapkan bahwa ada saatnya dirinya tidak akan diam seperti sekarang.

Baca Juga: Sampaikan Kabar Duka, Ari Lasso: Selamat Jalan Ngok, Tuhan Beri Tempat Terbaik Buatmu

Baca Juga: Fahri Hamzah Buat Pernyataan Mengejutkan Terkait Penangkapan Edhy Prabowo

“jadi tolong bapak polisi, bapak pemerintah, jangan terlalu ikut arus menjelek-jelekan islam, sebelum saya marah, sebab ada saatnya saya tidak akan diam seperti sekarang, menurutmu untung apa saya disini ini?” kata Cak Nun.

Selanjutnya, Cak Nun menyampaikan bahwa bila bukan karena rasa syukur dan cintanya bertemu dengan masyarakat. Tambahnya, Ia mengatakan dirinya mampu menjatuhkan Soeharto dan bisa menjatuhkan siapa saja di Jakarta kalau Dia mau.

Namun, Cak Nun mengatakan buat apa dirinya melakukan semua itu karena dirinya sudah bertemu dengan rakyat yang penuh dengan rasa syukur dan perdamaian.

“Bila bukan karena aku bersyukur dan cinta padamu, saya menjatuhkan Suharto dan bisa menjatuhkan siapa saja di Jakarta kalau saya mau, tapi saya tidak melakukan semuanya karena saya bertemu dengan rakyat yang penuh rasa syukur, penuh perdamaian, penuh kerukunan setiap hari,” ujarnya.

Selanjutnya Cak Nun menegaskan kembali kepada Pemerintah dan pihak kepolisian untuk tidak mencurigai bahwa islam itu radikal. Tambahnya, Ia mengatakan yang radikal itu pemerintah.

Dalam hal ini, Cak Nun mengatakan bahwa pemerintah itu radikal karena memaksakan pendapatnya secara terus-menerus. Tambahnya, Ia mengatakan kalau dirinya mau berdebat nasional terkait Islam Radikal.

“Yang radikal itu pemerintah, memaksakan pendapatnya terus-menerus, bila saya teruskan, saya mau berdebat Nasional tentang ini," kata Cak Nun.

Baca Juga: Setelah Dapat Penghargaan, Anies Baswedan Juga Dapat Hadiah dari Tokoh Nasional Ini

Baca Juga: Penderita Diabetes Tipe 2 Harus Waspada, Ini Gejala Kadar Gula Darah Anda Naik

Dalam hal tersebut Cak Nun juga menjelaskan asal-muasal radikal, bahwa kata ‘radikal’ diciptakan oleh politik kanan di Amerika yang kemudian diteruskan oleh Cihna.

"Kata radikal itu ciptaan politik kanan di Amerika, dan sekarang diteruskan oleh cina, karena mereka mersa terancam, bila islam ini bisa sungguh menguasai dunia maka semua orang tidak bisa tindas,” ujar Cak Nun.

Cak Nun pun menegaskan bahwa jika Islam benar sampai menguasai dunia, maka hal tersebut merupakan ancaman bagi orang yang egois.**

 

Editor: Emis Suhendi

Tags

Terkini

Terpopuler