Elektabilitas PDIP Melambung Tinggi Di Tengah Kabar Miring Berpihak pada PKI

28 Juni 2020, 21:16 WIB
Massa Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) mendatangi Polrestabes Surabaya, Jumat (26/6/2020) /Istimewa/.*/Foto Istimewa

MANTRA SUKABUMI - Rancangan Undang-undang Haluan Ideologi Pancasila (RUU HIP) yang dicanangkan DPR menuai banyak kecaman dari masyarakat.

Akibatnya, gelombang aksi demonstrasi penolakan terhadap RUU HIP itu pun terjadi pada Rabu, 24 Juni 2020.

Sejumlah demosntran memenuhi jalanan Jakarta yang terdiri dari beberapa aliansi ormas pemuda dan ormas Islam.

Baca Juga: Sungguh Tega, Ibu Kandung Dipolisikan Anaknya Hanya Gegara Sepeda Motor

Baca Juga: Puting Beliung Terjang Sukalarang Sukabumi, Puluhan Rumah Rusak Parah

Ditengah aksi demonstrasi penolakan RUU HIP ada sebuah kejadian pembakaran bendera PKI yang menandakan bahwa masa aksi menolak faham komunis yang dinilai RUU HIP sebagai jalan akan bangkitnya PKI di Indonesia.

Tidak hanya itu, bendera salah satu partai politik Indonesia yakni Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) ikut dibakar oleh beberapa peserta aksi.

sontak aksi pembakaran bendera PDIP itu pun membuat para kader PDIP geram. Hingga saat ini kejadian tersebut masih hangat diperbincangkan publik.

Namun meskipun tengah heboh aksi pembekaran bendera PDIP, survei menunjukkan bahwa elektabilitas PDIP menjadi yang tertinggi dibandingkan partai-partai yang lain.

Baca Juga: Kelebihan Muatan, Perahu Pengangkut Wisatawan Terbalik di Perairan Sukabumi

Baca Juga: Kadobangkong Pantai Palabuhanratu, Surga Para Pemancing

Elektabilitas PDIP menjadi yang tertinggi ini merupakan hasil survei New Indonesia Research & Consulting.

"Elektabilitas PDIP masih tertinggi dan meningkat hingga 29,3 persen, membuktikan bahwa PDIP masih kokoh berada di puncak," kata Direktur Eksekutif New Indonesia Research & Consulting Andreas Nuryono dalam siaran persnya, di Jakarta, Minggu 28 Juni 2020.

Mengenai peta partai politik di Indonesia, Andreas memprediksi tidak akan jauh berbeda dengan hasil perolehan suara di Pemilu 2019.

Setelah PDIP, dua partai lain menyusul yaitu Gerindra dan Golkar di urutan kedua dan ketiga dengan elektabilitas masing-masing 12,5 persen dan 9,7 persen. Perolehan suara sebelumnya hanya terpaut tipis, yaitu 12,6 persen dan 12,3 persen.

Baca Juga: Ibadah Ringan yang Lebih Baik Dari Dunia dan Seisinya, Siapa Istiqamah Dunia Tunduk Padanya

Baca Juga: Gerakan Boikot Facebook Akibatkan Kekayaan Zuckerberg Hilang Hingga 7 Miliar Dolar

Di posisi papan tengah ada PKB (6,8 persen), PKS (5,5 persen), PSI (4,2 persen), NasDem (4,1 persen), Demokrat (3,8 persen), PPP (2,4 persen), dan PAN (1,6 persen). Dalam Pemilu 2019 perolehan suara PKB 9,7 persen, PKS 8,2 persen, PSI 1,9 persen, NasDem 9,1 persen, Demokrat 7,8 persen, PPP 4,3 persen, dan PAN 6,8 persen.

"Dibandingkan hasil Pemilu 2019, hanya PDIP dan Partai Solidaritas Indonesia (PSI) yang mengalami kenaikan elektabilitas," tutur Andreas.

Padahal dari hasil perolehan suara sebelumnya PSI tidak bisa memiliki wakil di Senayan.

Menurut Andreas, kinerja PSI di tingkat DPRD terbukti efektif sebagaimana PDIP di tingkat nasional.

Baca Juga: Dituduh Picu Aksi Amoral di Media Sosial, Penari Perut Asal Mesir Divonis 3 Tahun Penjara

Artikel ini telah tayang sebelumnya di laman Pikiran-Rakyat.com dengan judul Di Tengah Hebohnya Aksi Pembakaran Bendera, PDIP Jadi Partai dengan Elektabilitas Paling Tinggi.

Baca Juga: Rezeki Anda Terasa Sempit, Bacalah Ayat Ini Niscaya Menjadi Lapang

Di deretan papan bawah ada Perindo (0,9 persen), Berkarya (0,7 persen), Hanura (0,3 persen), PBB (0,2 persen), PKPI (0,1 persen), dan Garuda (0,1 persen). Dalam Pemilu 2019 perolehan suara Perindo 2,7 persen, Berkarya 2,1 persen, Hanura 1,5 persen, PBB 0,8 persen, PKPI 0,2 persen, dan Garuda 0,5 persen.

Sisanya masih ada 17,1 persen yang menyatakan tidak tahu atau tidak menjawab. Survei belum mencatat kemunculan partai baru seperti Gelora atau pecahan PAN kubu Amien Rais.

"Masih ada waktu empat tahun ke depan di mana elektabilitas partai politik bisa meningkat ataukah menurun," kata Andreas dikutip Pikiran-Rakyat.com dari Antara.

Survei New Indonesia Research & Consulting dilakukan pada 8-18 Juni 2020, dengan jumlah responden 1.200 orang. Metode survei dilakukan melalui sambungan telepon terhadap responden survei sebelumnya yang dipilih secara acak. Margin of error survei sekitar 2,89 persen dan pada tingkat kepercayaan 95 persen.**(Abdul Muhaemin/Pikiran-Rakyat.com).

Editor: Encep Faiz

Sumber: Pikiran Rakyat

Tags

Terkini

Terpopuler