Komentari Kasus FPI dengan TNI dan Polri, Cak Nun Sebut Perang Pandawayudha: Ini Soal Balas Dendam

- 12 Desember 2020, 20:55 WIB
Kolase Cak Nun dan Habib Rizieq Shihab. Muhammad Ainun Nadjib atau dikenal dengan nama Cak Nun mencoba mengungkap hubungan polisi dan Imam Besar Habib Rizieq Shihab (HRS) yang dinilainya bukan lagi soal nasionalisme.
Kolase Cak Nun dan Habib Rizieq Shihab. Muhammad Ainun Nadjib atau dikenal dengan nama Cak Nun mencoba mengungkap hubungan polisi dan Imam Besar Habib Rizieq Shihab (HRS) yang dinilainya bukan lagi soal nasionalisme. /antara/Instagram/@caknunquotes/

MANTRA SUKABUMI - Budayawan Emha Ainun Najib atau Cak Nun kembali angkat bicara terkait polemik pemerintah dalam hal ini TNI dan Polri dengan Imam Besar FPI Habib Rizieq Shihab.

Cak Nun bahkan mengibaratkan saat ini telah terjadi perang Pandawayudha episode-1 dengan korban 6 prajurit di salah satu Pandawa.

Menurut Cak Nun ini adalah masalah sakit hati, serta soal balas dendam satu sama lain.

Baca Juga: Tokoh NU ini Sebut Klaim Sekretaris HRS Center Haikal Hassan Gak Nyambung, Ini Alasannya

Baca Juga: Cek Fakta: Tommy Soeharto Ancam yang Berani Ganggu FPI Akan Berhadapan dengan Keluarga Cendana

"Ini bukan Bharatayudha, di mana yang bertempur adalah Kurawa dilawan dan melawan Pandawa," ujar Cak Nun dikutip mantrasukabumi.com dari laman caknun.com pada Sabtu, 12 Desember 2020.

"Ini masalah sakit hati dan penyerangan. Ini soal dendam dan pembalasan. Kita bukan Malaikat, kita manusia biasa," tegasnya.

Cak Nun menyebut yang terjadi saat ini bukan soal Persatuan dan Kesatuan, maupun nasionalisme.

"Ini bukan kebersamaan dan keutuhan untuk masa depan. Ini bukan kemashlahatan seluruh rakyat," katanya.

Menurut Cak Nun, yang jadi masalah adalah di negeri ini, semua merasa Pandawa. Karena itu lanjut Cak Nun, tidak perlu diperhitungkan siapa saja dan berapa jumlahnya yang berdiri di belakang pasukan Pandawa-1 maupun Pandawa-2.

Baca Juga: Polisi Sebut Habib Rizieq Datang Karena Takut Ditangkap: Dia Menyerah, Bukan Panggilan

"Tak perlu disimulasi Pandawayudha ini akan memanjang dan meluas sampai ke mana dan seberapa. Pokoknya lampiaskan saja. Kita sudah membangun sistem dan atmosfer ammarah bis-su`i bersama-sama. Terakhir, ada satu hal yang saya dilarang mengemukakannya ketika menulis ini," bebernya.

Cak Nun juga berpendapat jika FPI dalam hal ini Habib Rizieq maupun pemerintah dalam hal ini TNI dan Polri dapat perintah untuk berperang dari Allah.

Cak Nun bahkan mendasarkan hal itu terhadap ayat Alquran tentang perintah berperang.

“Diwajibkan atas kamu berperang, padahal berperang itu adalah sesuatu yang kamu benci. Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui”.

Baca Juga: Mahfud MD Tegaskan Rencana Silaturahmi dengan Habib Rizieq, Hanya Saja Minta Syarat Tinggi

“Perangilah orang-orang kafir dan orang-orang munafik dan bersikap keraslah terhadap mereka," lanjutnya.

Menurut Cak Nun, Indonesia saat ini sudah berada dalam situasi hal itu. Satu sama lain saling mengkafirkan dan memunafikan.

"Kafir dan munafik itu yang mana? Kafir dan munafik menurut siapa? Kita masing-masing menuding yang bukan kita itulah yang kafir dan munafik. Kita sudah sampai pada suatu situasi dan pemetaan politik kebangsaan di mana kita saling mengkafirkan dan memunafikkan, bisa dengan bahasa yang berbeda-beda," lanjutnya.

Termasuk lanjut Cak Nun, yang terjadi saat ini adalah pemerintah berpendapat jika Habib Rizieq termasuk dalam kategori yang harus diperangi.

Baca Juga: Cak Nun Sebut FPI dan TNI maupun Polri Sudah Dapat Perintah untuk Berperang, Simak Penjelasannya

Begitu juga Habib Rizieq berpendapat sebaliknya, jika pemerintah menurut pihak yang harus diperangi.

"Bagi Pemerintah, MRS atau HRS adalah pengingkar (kafir) hukum Negara, tokoh palsu yang mengaku Imam Besar Kaum Muslimin Indonesia, kata-katanya keras dan kasar, melecehkan Pemerintahan yang sah, menghina dan menista TNI dan Polri, provokator perpecahan NKRI, tukang hasut dan merendahkan pemimpin tertinggi Negara sampai menyebutnya Jokodok," tegasnya.

"Demikian juga bagi HRS Pemerintah adalah penista nilai-nilai Islam, sehingga mereka mendirikan Front Pembela Islam. Penguasa penindas rakyat, penuh korupsi dan manipulasi, bergelimang kebohongan dan kedhaliman," bebernya.

Cak Nun menjelaskan jika kedua belah pihak baik FPI maupun TNI dan Polri sudah memiliki pola pikir dan dasar argumentasinya masing-masing untuk berbenturan satu sama lain, dengan landasan nilai yang masing-masing sangat meyakininya.

Baca Juga: Haikal Hassan Sebut Pengawal HRS yang Tewas Syuhada dan Bersama Rasulullah, Gus Nadir: Cuma Opini

Cak Nun melanjutkan, kedua belah pihak juga sudah memiliki semua yang diperlukan untuk maju perang: motivasi, mental, emosi, siasat, dorongan batin, strategi dan taktik, juga persenjataan.

"Masing-masing sudah pasang kuda-kuda “Sapa Sira Sapa Ingsun”. Emang siapa kamu kok mau dialog sama saya? “Kamu pelanggar hukum!”. “Kamu penindas rakyat”. “Kamu menghina tentara dan Polisi”. “Kamu menista Islam”. “Kamu Habib porno”. “Kamu pencuri harta rakyat”. “Kamu penghasut”. “Kamu teroris teriak teroris”. “Kata-katamu menyakiti banyak pihak, bahkan sesama Ummat Islam sendiri," tegasnya.

“Tindakan-tindakanmu menghancurkan masa depan rakyat”. Itulah “Sapa Sira Sapa Ingsun”. Sudah sama-sama berwatak takfiri: Makar! Sesat! Kafir! PKI! Subversif! Sudah terpojok oleh ammarah bis-su`i, sudah mangkel dan dendam hati ini, sudah mentog, nggak ada dialog-dialog. Pertèngsèng taèk lintung ta dialog-dialog barang," pungkasnya.**

Editor: Andriana

Sumber: CakNun.com


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x