Kutuk Aksi Terorisme di Makasasar, Rocky Gerung Sebut Ada Hal yang Lebih Berbahaya dari Bom Bunuh Diri

- 30 Maret 2021, 20:00 WIB
Kutuk Aksi Terorisme di Makasasar, Rocky Gerung Sebut Ada Hal yang Lebih Berbahaya dari Bom Bunuh Diri./
Kutuk Aksi Terorisme di Makasasar, Rocky Gerung Sebut Ada Hal yang Lebih Berbahaya dari Bom Bunuh Diri./ /Youtube Rocky Gerung Official/

 

MANTRA SUKABUMI - Filsuf Rocky Gerung ikut mengutuk aksi bom bunuh diri di Gereja Katedral, Makassar pada 28 Maret 2021 lalu.

Rocky Gerung menegaskan, masyarakat tidak menganggap segala hal kekerasaan sebagai tindakan yang benar.

Terlebih lagi Rocky Gerung mengatakan, masyarakat tidak akan membenarkan jika kekerasan tersebut berkaitan dengan agama, kemanusiaan dan juga demokrasi.

Baca Juga: Pangdam IX Udayana dan Shopee Indonesia Bantu Tuntaskan Krisis Air Bersih di NTT

Baca Juga: AHY Dinyatakan Demisioner, Jubir Partai Demokrat KLB: Moeldoko akan Lakukan Penertiban di Internal Partai

Namun, ia menjelaskan bahwa ada kecurigaan yang timbul di masyarakat tentang insiden tersebut.

Pasalnya, lanjut Rocky Gerung, kejahatan baru selalu muncul saat pemerintah sedang menyelidiki suatu kejahatan yang sudah terjadi.

"Tetapi publik selalu menganggap bahwa kok ada semacam fantasi, bahwa setiap kali ada upaya untuk membongkar suatu kejahatan lalu timbul kejahatan baru," ujarnya dikutip mantrasukabumi.com dari unggahan YouTube Rocky Gerung Official pada 29 Maret 2021.

Meskipun begitu, ia menegaskan bahwa insiden bom bunuh diri tersebut adalah masalah rumit karena terdapat pihak yang menjadi otaknya.

Baca Juga: Waspada, ini 6 Efek Samping Sering Main HP Sambil Tiduran, Nomor 5 Paling Berbahaya

Baca Juga: Prakiraan Suhu dan Cuaca Besok Rabu 31 Maret 2021 di 10 Kota Jam 7.00 hingga 10.00 WIB

"Tentu terorisme itu ada orang yang jadi teroris terus ada yang tetep ingin menghasilkan kekerasan dalam mengusahakan kepentingan politik," lanjutnya.

Tetapi menurutnya, bom itu bukanlah masalah yang sebenarnya. Rocky Gerung menganggap saat ini sudah semakin cerdas, dan lebih memilih untuk mencari pelaku di belakangnya.

"Tapi publik lebih cerdas, lebih dari itu dia melihat lapisan di belakangnya itu apa? Kenapa pada hari Minggu ketika ada ibadah, kenapa bersamaan dengan pengadilan Habib Rizieq, kenapa Moeldoko pernah ngomong tentang radikalisme, kenapa Mahfud MD juga sebulan lalu sudah mewanti-wanti tentang keadaan perlunya stabilitas?" ucapnya.

Kemudian menanggapi pernyataan Mahfud MD, ia menganggap jika pemerintah sudah tahu akan ada insiden kekerasan, namun tetap tidak ada upaya pencegahan.

Baca Juga: Hari Film Nasional 2021, Kemenparekraf Fokuskan Perkembangan Industri Layar Lebar

"Kan artinya kekuasaan tahu ada potensi kekerasan, lalu kenapa enggak dicegah? Kan kalau itu diucapkan sejak tiga bulan lalu itu artinya intelijen sudah mencium itu," sambungnya.

Lebih lanjut, mantan dosen filsuf di Universitas Indonesia itu mengklaim, hal tersebut bisa menimbulkan kecurigaan di benak masyarakat.

"Nah kecurigaan itu adalah sah, karena kait mengkait akhirnya terbaca mozaik yang biasanya disebutkan itu akhirnya mulai tersambung, makin tersambung

Dia menegaskan bahwa kecurigaan itulah yang lebih berbahaya dibandingkan bom bunuh diri, dan akan mengikis kepercayaan masyarakat kepada pemerintah.

"Ini yang berbahaya sebetulnya, sekali publik tidak percaya ada peristiwa kekerasan di Makassar dan menganggap itu rekayasa, seluruh keterangan pemerintah akhirnya tidak bisa lagi mententramkan kita," pungkasnya.***

Editor: Robi Maulana


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah