Tanggapi Kemelut di Tubuh PDI Perjuangan, Refly Harun: Ciri Partai yang Tidak Demokratis

- 24 Mei 2021, 19:47 WIB
Tanggapi Kemelut di Tubuh PDI Perjuangan, Refly Harun: Ciri Partai yang Tidak Demokratis./
Tanggapi Kemelut di Tubuh PDI Perjuangan, Refly Harun: Ciri Partai yang Tidak Demokratis./ /ANTARA/Wahyu Putro A

MANTRA SUKABUMI - Buntut tidak diundangnya Ganjar Pranowo dalam acara konsolidasi PDI Perjuangan se Jawa Tengah menuai berbagai tanggapan dan spekulasi dari berbagai kalangan terutama menjelang pilpres 2024.

Dalam hal ini, Refly Harun mengomentari polemik yang saat ini terjadi di dalam tubuh PDI Perjuangan (PDIP) terkait Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo dan Ketua DPR RI Puan Maharani.

Ganjar Pranowo tidak diundang oleh Puan Maharani dalam acara PDIP yang berlangsung di Semarang, alasan Ganjar tak diundang adalah karena sudah kelewatan dan tidak mengindahkan himbauan dari pihak atas partai.

Baca Juga: ShopeePay Mantul Sale Ajak Masyarakat Lebih Cuan di Momen Gajian

Baca Juga: Presiden Jokowi Reshuffle Kabinet Lagi, Berikut Nama dan Jabatan Menteri yang Baru

Terlebih karena dia terus digadang-gadang sebagai calon Presiden 2024 dan aktif di media sosial.

Melihat fenomena ini, Refly Harun menyebutnya sebagai ciri dari partai yang tidak demokratis.

"Inilah ciri partai yang tidak demokratis," ujarnya.

Refly menambahkan, aspirasi yang dibungkam karena bukan dari bawah, melihat sinyal dari atas yaitu menunggu sinyal dari Megawati sebagai ketua umum.

Baca Juga: Ferdinand Geram dengan Ulah Telkomsel, Yang Selalu Kirim SMS Berbau Iklan ke Nomor Pelanggan

"Aspirasi itu dibungkam bukan dari bawah tapi melihat sinyal dari atas, sinyal dari ketua umum," katanya, dikutip mantrasukabumi.com, dari kanal youtube, Senin, 24 Mei 2021.

Hal yang menjadi sorotan Refly Harun adalah tindakan dari salah satu pendukung Puan Maharani di PDIP terhadap Ganjar Pranowo.

Dia mengaku pernah membuat analisis, jika Ganjar tak dipakai oleh PDIP bukan tidak mungkin akan dipakai orang lain.

Tak hanya itu, Refly Harun juga menjelaskan kalau calon-calon presiden dapat muncul dari tiga arus.

Baca Juga: Teks Khutbah Gerhana Bulan 26 Mei 2021, Tema Wabah dan Musibah

Arus pertama adalah Istana arus kedua in between yaitu di antara Istana dan di luarnya, dan arus ketiga non Istana.

"Kalau Ganjar Pranowo tidak dipakai sementara elektabilitasnya tinggi maka sederhana sekali, maka Ganjar bisa "dipakai" oleh kekuataan dua ini. Apakah kekuatan in between atau kekuatan non Istana," ujarnya.

Namun, dia menyampaikan bargaining position bisa saja melemah. Bukan dipilih sebagai calon Presiden tetapi calon Wakil Presiden.

Itu pun selama elektabilitasnya memang masih tinggi.

Baca Juga: Tak Disangka, Bahaya Kafein Ternyata Dapat Timbulkan Tekanan Darah Tinggi dan 9 Penyakit Lainnya

"Lalu bagaimana kalau elektabilitasnya nomor satu?" ucapnya.

Refly Harun menyebut jika begitu bisa jadi Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri akan berubah pikiran. Terlepas dari putrinya sendiri suka atau tidak.

"Sindiran ini kan menunjukkan kalau Puan tidak suka. Maka barangkali Mega tetap akan mendorong Ganjar Pranowo," katanya.

Akan tetapi, jika elektabilitas dalam kurun waktu terakhir ini kalah dari Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan dan Ketua Umum Partai Gerindra, Prabowo Subianto.

Baca Juga: Cara Mudah Cek BLT BPUM UMKM, Pakai Link ini Salah Satunya

Diungkapkannya mungkin saja Ganjar Pranowo tidak akan mendapatkan kereta dari koalisi PDIP dan Gerindra.

Dia tetap akan berpindah ke partai lain jika tidak dipakai oleh PDIP.

"Bisa jadi dia berpikir menjadi Gubernur dua kali itu sudah lebih dari cukup. Bahkan saya katakan menjadi Gubernur Jawa Tengah itu jauh lebih prestisius dibandingkan menjadi seorang Menteri," katanya.

Refly Harun memberikan bukti Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa, yang mundur sebagai menteri untuk menjadi calon gubernur.

Baca Juga: Jadwal Gerhana Bulan Total Super Blood Moon 26 Mei, Simak Lokasi Terbaik untuk Menyaksikannya

"Padahal masih calon dan akhirnya terpilih," katanya, menjelaskan.

Ganjar Pranowo sendiri pernah membeberkan kalau dirinya sempat ditawari menjadi menteri tetapi memilih untuk tetap di Jawa Timur.

"Jadi bisa jadi tiba-tiba hunus Anies Ganjar, Afgan (Anies feat Ganjar), dan ini peluangnya sangat-sangat besar karena mereka berada di urutan 1, 2, dan 3," ujarnya.

Refly menyebut kemungkinan lain yang mungkin terjadi, misalnya berpasangan dengan Airlangga Hartarto.

Baca Juga: Pamer Tubuh Kekar Atletis, Deddy Corbuzier Ungkapkan Rasa Bangga Terhadap Sang Anak Azka

Sehingga konstelasinya tidak hanya satu walau pasti akan ada upaya dari tangan kekuasaan atau dengan cukongisasi yang ingin mengambil semua partai politik.

"Tapi mudah-mudahan ada pionir-pionir yang tidak mau dicengkeram, saya berharap Nasdem, jadi dia membuat arum sendiri dan arus tersebut bisa mengajukan calon Presiden dan Wakil Presiden," Refly Harun kata.***

 



Editor: Ridho Nur Hidayatulloh


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x