Garuda Indonesia Terancam Pailit, Komisaris Yenny Wahid: Waktu Saya Masuk Hutangnya 20T Lebih

- 2 Juni 2021, 21:05 WIB
Komisaris Independen Garuda Indonesia Yenny Wahid tengah berjuang agar Perseroan tak dipailitkan
Komisaris Independen Garuda Indonesia Yenny Wahid tengah berjuang agar Perseroan tak dipailitkan /Tangkapan layar Instagram/@yennywahid//

 

MANTRA SUKABUMI - Komisaris Independen PT Garuda Indonesia, Yenny Wahid membeberkan kondisi terkini dari perusahaan penerbangan milik Indonesia tersebut.

Menurut Yenny Wahid, Garuda Indonesia sedang berjuang keras agar tidak dipailitkan karena keterpurukannya di masa pandemi Covid-19.

Selain itu, Yenny Wahid menjelaskan bahwa permasalahan Garuda Indonesia sangat banyak mulai dari kasus korupsi hingga pembiayaan yang tidak efisien.

Baca Juga: Ustadz Das'ad Latif: Saya Tak Benci Abu Janda, Ia Lebih Terhormat dari Pejabat Pemakan Bansos

"Banyak yang tanya soal Garuda. Saat ini kami sedang berjuang keras agar Garuda tidak dipailitkan. Problem warisan Garuda besar sekali, mulai dari kasus korupsi sampai biaya yang tidak efisien. Namun Garuda adalah national flag carrier kita. Harus diselamatkan, mohon support dan doanya," kata Yenny Wahid.

Ungkapan Yenny Wahid tersebut melalui media sosialnya sebagaimana dikutip mantrasukabumi.com dari akun Twitternya @yennywahid pada Sabtu, 29 Mei 2021.

Yenny Wahid merupakan salah satu komisaris independen baru di Garuda Indonesia yang aktif di media sosial, sehingga dirinya pun masih menyempatkan diri untuk membalas pesan netizen.

"Doakan ya, waktu saya masuk hutang Garuda sudah lebih dari 20T, lalu kena pandemi, setiap terbang pasti rugi besar. Demi penumpang, kami terapkan social distancing meskipun biaya kami jadi 2 kali lipat dengan revenue turun 90 persen. Sudah jatuh tertimpa tangga," ujar Yenny Wahid.

Yenny Wahid juga menjawab pertanyaan netizen tentang apa aksi yang akan dilakukan olehnya sebagai Komisaris Independen Garuda Indonesia yang baru untuk menyelesaikan permasalahan tersebut.

Baca Juga: Nagita Slavina Terpilih jadi Duta PON XX Papua, Arie Kriting: Seharusnya Sosok Perempuan Asli Papua

"Yang paling utama adalah debt restructuring dan cost restructuring. Di dalamnya termasuk renegosiasi leasing contract. Kita juga sedang fight untuk kembalikan pesawat yang tidak terpakai mengingat di masa pandemi utilisasi menurun drastis," kata Yenny Wahid.

Selain itu, karena pandemi Covid-19 yang tidak memungkinkan pesawat untuk mengangkut penumpang, maka Yenny Wahid mengubah strategi penerbangan Garuda Indonesia dengan memperbanyak penerbangan logistik cargo.

"Layanan cargo kami genjot dan hasilnya pendapatan meningkat melebihi target, tetapi tetap saja tidak mampu untuk menutupi semua kerugian," kata Komisaris Garuda Indonesia itu.

"Tahun 2019 Garuda membukukan keuntungan operasional 19 juta dolar, tetapi tetap terbebani banyak hutang, salah satunya Sukuk yang jatuh tempo sebesar 500 juta dolar (8,5T). Sukuk diterbitkan jauh sebelum saya masuk. Sukuk akhirnya berhasil direstrukturisasi," ujarnya.

Yenny Wahid mengaku tidak mau mengambil gajinya sebagai komisaris independen, dan Yenny menjelaskan sistem di Garuda Indonesia yaitu semakin besar posisinya maka semakin besar potongan gajinya. ***



Editor: Ridho Nur Hidayatulloh


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah