MANTRA SUKABUMI - Penulis kenamaan Indonesia, Fiersa Besari menanggapi tentang keadaan saat ini.
Fiersa Besari mengungkapkan sebuah kondisi yang serba salah, jika pun diingatkan dengan baik, diberi saran, dikritik, disarkasin tersinggung.
Apalagi kata Fiersa Besari jika dimaki, langsung membawa-bawa pasal.
"Diingetin baik-baik, tersinggung. Dikasih saran, tersinggung. Dikritik, tersinggung. Disarkasin, tersinggung. Dimaki, langsung bawa-bawa pasal," cuit Fiersa seperti dikutip mantrasukabumi.com dari akun twitter @FiersaBesari pada Kamis, 1 Juli 2021.
"Susah emang jadi warga negara," ujarnya.
Menurut Fiersa Besari berbeda hal jika saat musim pemilu, setiap warga diminta suaranya.
Namun jika giliran bersuara, suara warga malah dibungkam.
"Tiap pemilu diminta suaranya, giliran bersuara dibungkam," ungkapnya.
Soal budaya mengkritik, Presiden Jokowi telah memberikan tanggapannya soal kritik BEM UI padanya.
Presiden Jokowi menegaskan, kritik merupakan bentuk ekspresi mahasiswa yang diperbolehkan di negara demokrasi seperti Indonesia.
"Saya kira ini bentuk ekspresi mahasiswa dan ini negara demokrasi," ujarnya dikutip mantrasukabumi.com dari unggahan Instagram @sekretariat.kabinet pada 29 Juni 2021.
Maka dari itu, Presiden Jokowi tidak memperkenankan pihak universitas untuk membungkam suara-suara mahasiswanya.
"Jadi kritik itu boleh-boleh saja dan universitas tidak perlu menghalangi mahasiswa untuk berekspresi," lanjut Presiden Jokowi.
Kendati demikian, Presiden mengatakan bahwa kritik harus dalam bingkai sopan santun.
"Tapi juga ingat, kita ini memiliki budaya tata krama, memiliki budaya kesopansantunan," tuturnya.***