Moeldoko Minta Isu Kebangkitan PKI Tidak dijadikan Teror yang Menakutkan Orang Lain

- 1 Oktober 2020, 18:31 WIB
Gatot Nurmantyo saat masih menjabat sebagai Panglima TNI.*
Gatot Nurmantyo saat masih menjabat sebagai Panglima TNI.* //Antara/

Baca Juga: Kemendikbud: Sampai Saat Ini Baru 19 Aplikasi untuk Kuota Belajar

"Bedanya disitu. Tinggal kita melihat kepentingannya. Kalau kewaspadaan itu dibangun untuk menenteramkan maka tidak akan menimbulkan kecemasan. Tapi kalau kewaspadaan itu dibangun untuk menakutkan, pasti ada maksud-maksud tertentu," jelasnya.

"Nah! Itu pilihan-pilihan dari seorang pemimpin. Kalau saya memilih, kewaspadaan untuk menenteramkan. Yang terjadi saat ini, menghadapi situasi saat ini apalagi di masa pandemi,  membangun kewaspadaan yang menenteramkan adalah sesuatu pilihan yang bijak," tambahnya.

Moeldoko melihat, narasi kewaspadaan yang dibangun dalam isu kebangkitan PKI, lebih berada pada kepentingan pribadi. 

Ia mengapresiasi langkah Gatot, dalam mengajak masyarakat untuk waspada kebangkitan PKI, tetapi tidak dalam meneror publik.

"Saya melihat lebih cenderung ke situ. Kita ini mantan-mantan prajurit, memiliki DNA yang sedikit berbeda dengan kebanyakan orang. DNA intelejen, DNA kewaspadaan, DNA antisipasi, dan seterusnya. Saya tidak ingin menyebut nama, tetapi kan tujuannya membangun kewaspadaan. Kewaspadaan kita bangun untuk menenteramkan keadaan. Bukan malah untuk menakutkan. Bedanya disitu," pungkasnya.

Baca Juga: Link Live Streaming AC Milan Vs Rio Ave, Play off Harapan Milan di Liga Eropa Langsung Malam ini

Menurutnya, para prajurit selalu terikat sapta marga dan sumpah prajurit. Akan tetapi, jika prajurit tersebut sudah menjadi purnawirawan, ia bisa mempunyai pilihan masing-masing dan kepentingan masing-masing.

"Kalau kepentingan tertentu itu sudah mewarnai kehidupan yang bersangkutan, maka saya jadi tidak yakin kadar Saptamarga-nya masih melekat seratus persen karena dipengaruhi kepentingan-kepentingan. Tergantung dari orang yang bersangkutan. Seseorang bisa berbeda kalau sudah bicara politik, bicara kekuasaan, bicara achievement, karena ada ambisi," kata Moeldoko.

Terkait pencopotan Gatot dari jabatan Panglima TNI yang pernah ia ungkapkan, menurut Moeldoko, hal itu adalah pendapat subyektif. Karena menurutnya, pergantian pucuk pimpinan melalui berbagai banyak pertimbangan.

Halaman:

Editor: Emis Suhendi


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah