MANTRA SUKABUMI – Mantan politisi Partai Demokrat, Ferdinand Hutahaean kembali berikan komentar melalui akun media sosial Twitter pribadinya.
Kali ini, Ferdinand mengomentari pernyataan yang mengandung provokasi dari pidato Imam Besar organisasi Front Pembela Islam (FPI) Habib Rizieq Shihab.
Dalam video yang beredar di media sosial Twitter tersebut, terlihat Habib Rizieq sedang berpidato dan menegaskan bahwa kepolisian harus menindak tegas siapapun yang menistakan agama, karena hal tersebut berpotensi menimbulkan peristiwa teror seperti di Prancis.
Baca Juga: Tips Handal Membuat PIN ShopeePay yang Aman untuk Menjaga Keamanan Akun
Baca Juga: Kemnaker.go.id Update Pencairan BLT BPJS Gelombang Dua Periode November
Dalam cuitan yang diposting pada hari Rabu, 18 November 2020, Ferdinand mengatakan kepada Divisi Humas Polri bahwa sesuai perkataan HRS, maka laporan PMKRI tahun 2016 harus diproses.
“Pak Polisi, sesuai omongan Rizieq Sihab, kalau ada penista-penista agama proses, maka tolong laporan PMKRI tahun 2016 yang melaporkan Rizieq Sihab tentang penistaan agama agar diproses. @DivHumas_Polri” tulisnya dalam akun @FerdinandHaean3
Pak Polisi, sesuai omongan Rizieq Sihab, kalau ada penista2 agama proses, maka tolong laporan PMKRI tahun 2016 yg melaporkan Rizieq Sihab tentang penistaan agama agar diproses.@DivHumas_Polri https://t.co/Rwqh3ljlnR— Ferdinand Hutahaean (@FerdinandHaean3) November 18, 2020
Kemudian dalam cuitan selanjutnya, Ferdinand menyebut bahwa ujaran provokasi kekerasan yang dilontarkan oleh Habib Rizieq Shihab terkesan ‘mengerikan dan barbar’.
“Ancaman penggal kepala yang dilontarkan oleh HRS itu mengerikan dan barbar,” tulis Ferdinand.
Ancaman penggal kepala yang dilontarkan oleh HRS itu mengerikan dan barbar. Intimidasi dan menakut-nakuti serta bentuk provokasi baik langsung atau tdk langsung bg pengikutnya untuk menumpahkan darah, membunuh siapa sj yg mrk anggap menista agama.@DivHumas_Polri @Puspen_TNI— Ferdinand Hutahaean (@FerdinandHaean3) November 18, 2020
Baca Juga: AS Mengkhawatirkan, Tim Satgas COVID-19 Biden Belum Bisa Bekerja, Transisi Masih Ditolak Trump