17 Tahun Menjadi Pemimpin Tinggi di Turki, Berikut 7 Fakta Tentang Kepemimpinan Presiden Erdogan

26 Juli 2020, 07:00 WIB
PRESIDEN Turki Recep Tayyip Erdogan.* /ANTARA//ANTARA

MANTRA SUKABUMI - Untuk pertama kalinya selama kurun waktu 86 tahun, ibadah shalat Jumat digelar kembali di Masjid monumental Hagia Sophia usai dialih fungsikan kembali dari museum menjadi masjid oleh pemerintah Turki.

Pemerintah Turki akan meresmikan dibukanya kembali Hagia Shopia menjadi masjid diawali dengan digelarnya shalat Jumat pada hari ini Jumat, 24 Juli 2020.

Siang tadi, ribuan umat Muslim Turki mencetak sejarah baru usai terlaksananya doa bersama dan pelaksanaan shalat Jumat untuk pertama kalinya di Hagia Sophia.

Baca Juga: Dinilai Tak Masuk Akal, Tiongkok Tetap 'Ngotot' Klaim 90 Persen Atas Perairan Laut China Selatan

Baca Juga: Perdana Laksanakan Shalat Jumat di Hagia Sophia, Presiden Erdogan Lantunkan Ayat Alquran

Menjadi hari yang bersejarah bagi seluruh umat muslim di Turki khusunya dan umat muslim dunia pada umumnya atas difungsikannya kembali Hagia Sophia menjadi masjid.

Bahkan tak ketinggalan pula Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan yang turut menghadiri salat pertama di Hagia Sophia di hari Jumat lalu.

Erdogan sebelumnya telah mendeklarasikan monumen kuno Turki itu menjadi masjid, memahkotai kampanye panjangnya untuk menempatkan Islam di jantung kehidupan publik di republik yang sekuler itu.

17 tahun sudah Erdogan menjadi pemimpin tinggi di negara Turki dan berbagai kebijakan telah dia lakukan.

Baca Juga: Ditahannya Peneliti China oleh AS, Semakin Buruk Hubungan Washington dengan Beijing

Baca Juga: Saling Berebut Hegemoni atas Dunia, AS-China Diambang Konflik Bersenjata

Dikutip Mantrasukabumi.com dari laman Pikiran-Rakyat.com, sebelum menjabat sebagai Presiden pada 2014 lalu, Recep Tayyip Erdogan menjabat sebagai Perdana Menteri Turki tahun 2003 silam.

Bersama dengan Parta AK yang berakar pada Islam, Erdogan telah mengubah wajah Turki modern.

Sembari mempertahankan konstitusi sekuler Turki yang dibangun oleh pendiri republik Mustafa Kemal Ataturk, Erdogan telah mengubah negara yang dipimpin Ataturk hampir seabad yang lalu.

Dari pencabutan larangan penggunaan jilbab bagi wanita muslim hingga mendeklarasikan Hagia Sophia sebbagai masjid, berikut adalah beberapa perubahan besar di bawah pemerintah Erdogan:

Baca Juga: Usai Washington Tutup Konsulat China di Houston, Kini Beijing Balas Tutup Konsulat AS di Chengdu

1. Pencabutan Larangan Penggunaan Jilbab

Pada tahun 2013 ketika Erdogan masih menjabat sebagai Perdana Menteri di Turki, ia mencabut larangan terhadap wanita yang mengenakan jilbab di lembaga-lembaga negara

Apa yang dilakukan oleh Erdogan itu dinilai sebagai simbol penting pemisah antara negara dan agama bagi ara pendukungnya.

"Sebuah peraturan yang telah melukai banyak anak muda dan telah menyebabkan penderitaan besar bagi orang tua mereka, masa kelam, akan segera berakhir," kata Erdogan saat masih menjabat sebagai Perdana Menteri.

2. Pendidikan Agama

Erdogan sempat mengatakan saah satu tujuannya adalah untuk membentuk 'generasi saleh' Turki dan menghisupkan kembali sekolah-sekolah Imam Hatip.

Pelajaran pendidikan agama kini mencakup sekitar seperempat hingga seperti dari kurikulum ajar.

Baca Juga: Masjid Hagia Sophia Turki Ternyata Terbuka Untuk Semua Agama, Bahkan Undang Paus Hadir

Bukan hanya itu saja, pendanaan untuk Imam Hatip telah diperluas, dengan sejumlah sekolah baru dibangun dan ratusam juta dolar dialokasikan untuk mereka.

Kurikulum di sekolah reguler juga telah berubah. Bahkan sejak tiga tahun lalu pemerintah mengumumkan bahwa sekolah menengah akan berhenti mengajar teori evolusi Darwin, menganggapnya kontroversial dan sulit dipahami.

3. Pembangunan Masjid

Sejak Erdogan mengambil kedudukan kekuasaan, menurut darta dari Direktorat Uruan Agama, Turki telah membangun 13.000 masjid, sehingga totalnya menjadi 89.259 per tahun 2019.

Termasuk Masjid Camlica, tempat ibadah terbesa di Turki dan dibuka secara remi pada tahun 2019, dibangun dengan meniru gaya klasik arsitek Utsmani yang terkenal di Sinan.

Baca Juga: Muslim Eropa Sambut Pembukaan Kembali Masjid Hagia Sophia dengan Rasa Haru dan Gembira

Masjid besar lainnya hampir selesai di Alun-alun Taksim, pusat kota Istanbul, menandai identitas yang lebih religius di lingkungan yang juga termasuk sebuah monumen untuk Ataturk.

4. Tentara

Setelah menjadi benteng dan pembela nilai-nilai sekuler Ataturk, tentara ikut 'campur tangan' sebanyak 4 kali dalam empat dekade dari tahun 1960 untuk menggulingkan pemerintah Turki.

Dalam intervensi tahun 1997, yang dikenal sebagai 'Kudeta Post-Modern' itu membantu memaksa perdana menteri Islam Necmettin Erbakan untuk mundur.

Di bawah Erdogan, ratusan perwira senior militer diadili dengan tuduhan mencoba menggulingkan pemerintahannya. Setelah selamat dari percobaan kudeta militer pada tahun 2016, ribuan orang disingkirkan dari militer dan institusi negara lainnya.

Baca Juga: Israel Makin Kacau, Aksi Unjuk Rasa Terus Meningkat Serukan Netanyahu Mundur

5. Alkohol

Sebagai seorang muslim Erdogan secara terbuka mengungkapkan ketidaksukaannya terhadap minuman alkohol, sangat berbeda dengan Ataturk yang sering digambarkan dengan segelas anggur di tangan.

Pemerintah Erdogan telah memberlakukan pajak konsumsi tinggi untuk alkohol, dan ada pembatasan yang diberlakukan di beberapa daerah untuk minm di tempat umum, serta mengekang iklan.

6. Kebijakan Luar Negeri

Turki merupakan anggota aliansi militer Barat Nato Erdogan telah berusaha memposisikan negaranya sebagai kekuatan regional dan pejuang Muslim Sunni.

Dia sering mengecam tindakan Israel karena perlakuannya terhadap Palestina dan penduduk Tepi Barat.

Baca Juga: AS Tuduh Rusia Kirim Peralatan Militer ke Libya untuk Dipasok ke Tentara Bayaran

Intervensi militer Turki saat ini di Suriah, Irak dan Libya telah menimbulkan tuduhan dari lawan-lawannya bahwa Erdogan telah mengupayakan kebijakan 'neo-Ottoman' untuk menghidupkan kembali pengaruh kerajaan Muslim di bekas wilayah Timur Tengahnya.

Dia menggambarkan perubahan status Hagia Sophia sebagai tanda 'kembalinya kebebasan' untuk masjid al-Aqsa di Yerusalem Timur yang diduduki Israel.

Artikel ini telah tayang sebelumnya di laman Pikiran-Rakyat.com dengan judul 7 Fakta Kepemimpinan Erdogan di Turki dari Cabut Larangan Jilbab hingga Ubah Sistem Pendidikan.

7. Perubahan Sosial

Erdogan mengatakan bahwa kesetaraan gender bertentangan dengan alam, dengan sifat 'halus' wanita yang berarti mereka tidak dapat ditempatkan pada posisi yang setara dengan pria.

Namun, dia mengatakan perempuan harus diperlakukan sama di mata hukum, tetapi peran mereka yang berbeda dalam masyarakat harus diakui.

Baca Juga: Khutbah Jumat Pertama di Hagia Sophia Sambil Pegang Pedang karena Bagian dari Tradisi Turki

Baca Juga: Warga Israel Terus Unjuk Rasa, Partai Pimpinan Netanyahu Lakukan Aksi Tandingan

Para kritikus Erdogan telah secara teratur menuduhnya ikut campur tangan dalam masalah kehidupan pribadi.

Pihak berwenang semakin menindak peristiwa LGBT di Turki, di mana homoseksualitas bukanlah kejahatan tetapi permusuhan terhadap hal itu tersebar luas.

Meskipun salah seorang pembantu Erdogan mengatakan apa yang disebutnya propaganda LGBT merupakan ancaman besar bagi kebebasan berbicara.

Dengan banyaknya kebijakan yang dilakukan oleh Erdogan tak banyak pula pihak yang mengaitkannya dengan Islamophoi di Turki.**(Rahmi Nurfajri/Pikiran-Rakyat.com).

Editor: Encep Faiz

Sumber: Pikiran Rakyat

Tags

Terkini

Terpopuler