WHO Sebut Risiko 'Infodemik' Akan Bahayakan Vaksin COVID-19

- 26 November 2020, 14:11 WIB
Ilustrasi WHO
Ilustrasi WHO //ANTARA/.*/ANTARA

Pada bulan April, Trump memikirkan kemungkinan menggunakan disinfektan di dalam tubuh untuk menyembuhkan virus dan juga mempromosikan perawatan yang tidak terbukti.
Sejak Januari, AFP telah menerbitkan lebih dari 2.000 artikel pengecekan fakta yang membongkar klaim palsu tentang virus corona.

"Tanpa kepercayaan yang tepat dan informasi yang benar, tes diagnostik tidak digunakan, kampanye imunisasi atau kampanye untuk mempromosikan vaksin yang efektif sehingga tidak akan memenuhi target mereka dan virus akan terus berkembang," kata WHO, seperti dikutip mantrasukabumi.com dari CNA.

Baca Juga: BLT BSU Guru Honorer, Ini Cara Cek Nomor Rekening Baru PTK yang Sudah Dibuat oleh Kemendikbud

"SKALA TAK TERTANDINGI"

Tiga pengembang vaksin Pfizer-BioNTech, Moderna dan AstraZeneca, Universitas Oxford memimpin paket, dan beberapa pemerintah sudah berencana untuk mulai memvaksinasi mereka yang paling rentan tahun ini.

Tapi dengan Facebook, Twitter, YouTube dan WhatsApp bertindak sebagai vektor untuk fakta meragukan dan berita palsu, "disinformasi kini telah mencapai skala yang tak tertandingi," kata Sylvain Delouvee, seorang peneliti Psikologi Sosial di Rennes 2 University.

Rory Smith dari situs web anti-disinformasi First Draft setuju.

"Dari perspektif informasi, (krisis virus korona) tidak hanya menggarisbawahi skala misinformasi di seluruh dunia, tetapi juga dampak negatif misinformasi terhadap kepercayaan pada vaksin, institusi, dan temuan ilmiah secara lebih luas," katanya.

Rachel O'Brien, kepala departemen imunisasi WHO, mengatakan badan tersebut khawatir informasi palsu yang disebarkan oleh apa yang disebut gerakan "anti-vaxxer" dapat menghalangi orang untuk mengimunisasi diri mereka sendiri terhadap virus corona.

"Kami sangat prihatin tentang itu dan prihatin bahwa orang-orang mendapatkan info mereka dari sumber yang dapat dipercaya, bahwa mereka sadar bahwa ada banyak informasi di luar sana yang salah, entah sengaja salah atau tidak sengaja," katanya kepada AFP.

Halaman:

Editor: Emis Suhendi

Sumber: CNA


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x