Kemarahan Umat Muslim Terus Meningkat Atas Pernyataan Anti Muslim Presiden Prancis Emmanuel Macron

- 26 Oktober 2020, 12:55 WIB
Presiden Prancis, Emmanuel Macron
Presiden Prancis, Emmanuel Macron /AFP

Macron bulan ini menggambarkan Islam sebagai agama "dalam krisis" di seluruh dunia dan mengatakan pemerintah akan mengajukan RUU pada bulan Desember untuk memperkuat undang-undang 1905 yang secara resmi memisahkan gereja dan negara di Prancis.

Dia mengumumkan pengawasan yang lebih ketat pada sekolah dan kontrol yang lebih baik atas pendanaan masjid asing.

Namun perdebatan tentang peran Islam di Prancis telah mencapai intensitas baru setelah pemenggalan kepala guru Samuel Paty yang menurut jaksa dilakukan oleh seorang Chechnya berusia 18 tahun yang memiliki kontak dengan seorang teroris di Suriah.

Dunia Muslim bereaksi

Di Mesir, Imam Besar al-Azhar, Sheikh Ahmad el-Tayeb menyebut pernyataan anti-Islam sebagai "kampanye sistematis untuk menyeret Islam ke dalam pertempuran politik."

"Kami tidak menerima melihat simbol dan situs suci kami menjadi korban tawar-menawar murah dalam pertempuran elektoral," katanya dalam sebuah pernyataan.

Di Libya, Mohammad Zayed, anggota Dewan Kepresidenan, mengutuk penghinaan Macron terhadap Islam. Status Nabi Muhammad tidak akan terpengaruh oleh pernyataan jahat atau gambar sepele, katanya.

Menteri Agama Yaman Ahmad Attiya me-retweet seruan untuk memboikot produk Prancis sebagai tanggapan atas kampanye anti-Islam.

Baca Juga: Wapres Ma’ruf Amin Ungkap Langkah Strategis Kembangkan Industri Produk Halal

Di Yordania, kelompok Ikhwanul Muslimin menggambarkan pernyataan Macron sebagai "agresi terhadap bangsa (Islam) dan merupakan kebencian dan rasisme yang penuh kebencian".

Halaman:

Editor: Emis Suhendi


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah