5 Obat Ini Berpotensi Efektif Bisa Lawan Virus Corona, Biasa Digunakan untuk Malaria hingga HIV

- 22 Maret 2020, 16:14 WIB
Ilustrasi obat
Ilustrasi obat /Pikiran Rakyat/.*(foto Pikiran Rakyat.com)

Mantra Sukabumi.com - Para Ilmuwan meneliti berbagai macam obat untuk bisa mengatasi dan mengobati virus Corona.

Dengan keilmuan yang dimilikinya berusaha agar dapat menemukan apa yang diharapkan.

Hingga saat ini obatnya belum bisa ditemukan yang akurat bisa menyembuhkan orang yang terinfeksi covid-19.

Tetapi Presiden Jokowi menyampaikan bahwa avigan dan klorokuin cukup efektif untuk mengobati corona hasil uji klinis di Tiongkok.

Baca Juga: Lama Tak Terlihat, Artis Cantik Andrea Dian Dinyatakan Positif Corona

Sebagaimana dikutip Pikiran Rakyat.com obat Malaria, HIV, dan hipertensi dikembangkan untuk melawan virus corona SARS-CoV-2 yang sebabkan pandemi COVID-19 karena menjanjikan hasil positif, walau ketiga penyakit itu tidak memiliki kesamaan dengan novel virus corona.

Dunia sains dikejutkan metode pemulihan penglihatan penemuan mahasiswa. Klik...

Berikut obat-obatan yang tampaknya efektif melawan COVID-19 seperti dilansir Laman Los Angeles Times, Sabtu 21 Maret 2020:

Klorokuin

Klorokuin merupakan versi sintetis kina, yakni senyawa alami yang diekstrak dari kulit pohon kina sejak awal tahun 1600-an. Obat ini digunakan pasien malaria selama beberapa abad.

Baca Juga: Akhirnya, Honda Luncurkan Motor Sport Retro CBF190TR

Cara kerja obat ini memperlambat replikasi virus memasuki sel, kata ahli mikrobiologi di Northwestern University Feinberg School of Medicine, Karla Satchell.

Untuk melawan malaria, penting untuk meracuni sistem pencernaan beberapa parasit darah dalam genus Plasmodium yang disebarkan ke manusia melalui nyamuk yang terinfeksi.

COVID-19 disebabkan novel virus corona, bukan parasit. Para peneliti berhipotesis klorokuin bisa membantu pasien memperlambat penyebaran virus.

Baca Juga: Kapolri Mengeluarkan Maklumat : Dilarang Berkumpul, Menimbun Sembako dan Kebutuhan Lain

Klorokuin membatasi kemampuan virus menggunakan ruang dalam sel (disebut vakuola) untuk masuk ke dalam targetnya. Anggap saja sebagai "ruangan" di dalam tubuh sehingga memberikan waktu bagi sistem kekebalan tubuh untuk mengejar ketinggalan.

Uji klinis dilakukan di Tiongkok untuk menguji kemanjuran klorokuin terhadap virus corona baru hasil awal menunjukkan potensi mengurangi tingkat replikasi virus.

Klorokuin diketahui aman untuk manusia (meskipun bisa mengakibatkan keracunan pada tingkat overdosis).

Baca Juga: Menteri Kesehatan Inggris Kehilangan Kemampuan 2 Pancaindra setelah Dinyatakan Sembuh dari Virus Corona

Dalam penelitian praklinis, obat ini terbukti efektif melawan infeksi virus seperti sindrom pernapasan akut (SARS), sindrom pernapasan Timur Tengah (MERS) dan HIV.

Sebelumnya, juru bicara pemerintah Indonesia untuk penanganan COVID-19, Achamd Yurianto menegaskan, klorokuin digunakan untuk membantu penyembuhan penyakit yang disebabkan virus corona baru, bukan pencegahan infeksi COVID-19.

Dia meminta masyarakat tidak membeli atau menyimpan obat ini karena tergolong obatkeras dan harus menyertakan resep dokter.

Baca Juga: Gempa terjadi lagi di Wilayah Sukabumi, Tidak berpotensi Tsunami
Hidroksiklorokuin

Obat ini metabolit obat malaria yang berpotensi mengobati penyakit autoimun tertentu seperti lupus dan rheumatoid arthritis. Para ilmuwan berpikir obat ini bekerja dengan mengganggu komunikasi antar sel dalam sistem kekebalan tubuh.

Dokter sedang mengujinya pada pasien COVID-19. Mereka berteori, jika klorokuin bermanfaat, maka hidroksiklorokuin mungkin juga dan hasil laboratorium baru-baru ini tampaknya mendukung teori ini.

Sekitar tujuh uji klinis telah dimulai di Tiongkok untuk menguji obat ini pada pasien dengan COVID-19. Peneliti dari Universitas Minnesota juga melakukan pengujian pada minggu ini.

"Setelah 90 hari kita akan memiliki beberapa indikasi apakah ini efektif atau tidak dan seberapa efektif itu bisa terjadi," kata Dr. Jakub Tolar, dekan Fakultas Kedokteran Universitas Minnesota.

Baca Juga: Tempat Karaoke di Sukabumi Ditutup Sementara untuk Pencegahan Pandemi Covid-19

Hasil laboratorium awal di Cina menunjukkan hidroksiklorokuin menghambat infeksi SARS-COV-2. Obat ini diklaim aman untuk digunakan pada manusia.

Kaletra

Obat ini kombinasi dua obat antivirus yakni lopinavir dan ritonavir yang digunakan melawan HIV.

Lopinavir mencegah enzim virus memotong protein penting yang merupakan kunci untuk reproduksi HIV. Sementara ritonavir membantu meningkatkan konsentrasi lopinavir dalam sel.

Para ilmuwan bertanya-tanya apakah keduanya dapat mengganggu siklus hidup SARS-COV-2 dengan cara yang sama.

Baca Juga: Jumlah PDP di Kota Sukabumi Bertambah, 43 Masih Berstatus ODP

Tetapi sebuah penelitian dalam New England Journal of Medicine melaporkan, obat ini tidak bermanfaat bagi pasien dengan COVID-19 yang parah.

Perlu ada studi lanjutan untuk memberikan wawasan lebih luas.

Remdesivir

Obat ini dikembangkan Gilead Sciences untuk melawan Ebola tetapi tak terbukti efektif. Namun, remdesivir terbukti memiliki beberapa efek terhadap MERS dan SARS dalam lini sel dan pengujian hewan terbatas.

Mengingat penyakit-penyakit tersebut disebabkan oleh virus corona, peneliti berpendapat mungkin juga memiliki beberapa efek terhadap penyebab COVID-19.

Bagaimana persisnya remdesivir bekerja belum jelas, meskipun sebuah penelitian baru menunjukkan tampaknya menghambat replikasi RNA selama siklus reproduksi virus corona.

Baca Juga: Diterjang Banjir, Pondasi Jembatan Pelangi di Cibuntu Amblas Setinggi 3 Meter

Remdesivir diberikan kepada pasien COVID-19 pertama di Amerika Serikat setelah kondisinya memburuk. Dia mulai pulih pada hari berikutnya, menurut sebuah studi kasus dalam New England Journal of Medicine.

Namun, apakah obat itu benar-benar bertanggung jawab atas perbaikan itu masih belum diketahui.

“Meskipun remdesivir telah diberikan kepada beberapa pasien dengan COVID-19, kami tidak memiliki data yang kuat untuk menunjukkanobat ini bisa meningkatkan hasil klinis,” ujar direktur National Institute of Allergy and Infectious Diseases (NIAID), Dr. Anthony S. Fauci.

Losartan

Obat hipertensi ini mencegah hormon angiotensin mengikat ke reseptor pembuluh darah.

Para ilmuwan berhipotesis losartan dapat membantu pasien dengan COVID-19 karena sebagai penghambat reseptor angiotensin,obat ini menghambat virus masuk ke dalam sel

Peneliti dari Universitas Minnesota belum menentukan subjek dalam uji klinis mereka.**

Editor: Emis Suhendi

Sumber: Pikiran Rakyat


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x