Naluri (garīzah) terdapat pada manusia dan binatang, hanya saja perbedaannya ialah naluri manusia bisa menerima pendidikan dan perbaikan, sementara naluri binatang tidak.
2. Hidayah Pancaindra
Karena naluri itu sifatnya belum pasti sebagaimana disebutkan di atas, maka ia belum cukup untuk jadi hidayah bagi kebahagiaan hidup manusia di dunia dan di akhirat.
3. Hidayah Akal (pikiran)
Naluri yang ditambah dengan pancaindra juga belum cukup untuk jadi pokok-pokok kebahagiaan manusia. Banyak lagi benda-benda dalam alam ini yang tidak dapat dirasakan oleh panca indera.
Sebab itu, manusia dilengkapi juga oleh Allah SWT dengan pancaindra yang sangat besar perannya terhadap pertumbuhan akal dan pikiran manusia.
a. Akal dan kadar kesanggupannya
Dengan adanya akal manusia dapat menyalurkan naluri ke arah yang baik, agar naluri itu menjadi sumber bagi kebaikan, dan manusia dapat membetulkan kesalahan-kesalahan pancaindranya, membedakan yang buruk dengan yang baik.
b. Benih agama dan akidah tauhid pada jiwa manusia
Jika menilik kepada agama-agama dan kepercayaan-kepercayaan yang diciptakan oleh manusia (al-adyān al-waḍ‘iyyah) terlihat bahwa pada jiwa manusia telah ada bibit-bibit kecenderungan beragama.