Tanggapi Pernyataan Kontroversi Presiden Prancis, AHY: Sikap Emmanuel Macron Tak Dapat Dibenarkan

31 Oktober 2020, 05:00 WIB
Tanggapi Pernyataan Kontroversi Presiden Prancis, AHY: Sikap Macron Tak Dapat Dibenarkan //Instagram/agusyudhoyono/.*//Instagram/agusyudhoyono

MANTRA SUKABUMI - Putra sulung mantan Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono atau yang lebih akrab disapa SBY, yalni Agus Harimurti Yudhoyono lama tak muncul ke hadapan publik.

Politisi yang lebih akrab disapa AHY tersebut kini menjadi Ketua Umum Partai Demokrat periode 2020-2025.

AHY terpilih menjadi ketua umum secara aklamasi oleh seluruh peserta Kongres ke V Partai Demokrat di JCC Senayan, Jakarta pada 15 Maret 2020 lalu.

Baca Juga: ShopeePay Kembali dengan Merchant Baru untuk Kamu Nikmati Minggu Ini!

Sebwlum terjun ke dunia politik, AHY sempat berkarier di dunia militer. AHY merupakan salah satu anggota militer Indonesia dengan segudang prestasi.

Selain menjabat sebagai Ketua Umum Partai Demokrat, suami dari Anisa Pohang tersebut juga menjabat sebagai Direktur Eksekutif The Yudhoyono Institute (TYI) dan pendiri AHY Foundation.

Jarang dan lama tak muncul ke hadapan publik selama pandemi Covid-19, bukan berarti AHY tak memantau situasi di Indonesia, dan terutama dunia.

Bahkan, AHY mengaku dirinya memantau perihal kontroversi pernyataan Presiden Prancis, Emmanuel Macron yang dikecam umat islam di seluruh dunia.

Baca Juga: Najwa Shihab Bungkam Jubir Presiden Fadjroel Rachman Soal Liputan Pembakar Halte Sarinah

Hal ini seperti ia sampaikan melalui akun Twitter pribadinya @AgusYudhoyono yang mengunggah sebuah postingan pada 29 Oktober 2020.

AHY mengaku dirinya juga ikut geram dengan ucapan Presiden Prancis yang dianggap menhina Islam.

"Saya mengikuti perkembangan berita ttg kontroversi Presiden Perancis Emmanuel Macron terkait penerbitan kartun Nabi Muhammad SAW. Dilihat dari aspek apapun, sikap Macron tetap tidak bisa dibenarkan," tulis akun @AgusYudhoyono mengawali thread yang dibuatnya seperti dikutip Mantrasukabumi.com dari Zona Jakarta pada Sabtu, 31 Oktober 2020.

"Kebebasan dlm demokrasi hrs didasari pd toleransi & penghormatan thdp keberagaman, termasuk dlm konteks agama. Masy Perancis dgn demokrasi yg mapan tentu paham, menjadikan Nabi Muhammad SAW sbg kartun bs melukai umat Islam dunia. Sayang, hal semacam itu seolah dibiarkan berulang2," ujar putra sulung SBY lewat akun Twitternya @AgusYudhoyono.

Baca Juga: Dalang Pembakaran Halte Sarinah Saat Demo Tolak UU Ciptaker Dibongkar Narasi TV dan Najwa Shihab

AHY juga menyebut bahwa dirinya adalah pecinta demokrasi, "Sbg pecinta demokrasi, saya berharap Perancis sbg negara  demokrasi yg mapan, mampu jadi contoh yg baik dlm perlindungan & penghormatan trhdp hak-hak kelompok minoritas. Saya meyakini, demokrasi, kebebasan & toleransi bisa berjalan beriringan.

"Untuk itu, mewakili @PDemokrat, saya mendorong & mendukung pemerintah RI utk bersikap tegas. Pemanggilan Dubes Perancis oleh @Kemlu_RI hrs pastikan pesan Indonesia benar2 didengar. Jangan membiarkan kontroversi ini  berlarut2 & timbulkan hal2 tdk produktif di tengah pandemi," lanjut akun @AgusYudhoyono seperti dikutip Zonajakarta.com.

AHY menyebut Indonesia punya tanggung jawab moral, karena memiliki populasi Muslim terbesar di dunia.

"Sbg negara dgn populasi Muslim terbesar dunia, Indonesia punya tanggung jawab moral utk suarakan aspirasi Muslim dunia. Saya jg mengajak sdr2 umat Islam utk menahan diri & tdk terprovokasi. Mari kita buktikan, Islam sbg Rahmatan Lil Alamin, membawa rahmat & pesan damai bagi dunia," lanjut akun @AgusYudhoyono.

Baca Juga: Umat Muslim Di Seluruh Dunia Kutuk Presiden Prancis Emmanuel Macron Atas Perlakuannya Terhadap Islam

Sebelumnya, Presiden Emmanuel Macron disebut mengeluarkan pernyataan kurang sedap terhadap umat Muslim yang dianggapnya merespon berlebihan terhadap materi karikatur satir Nabi Muhammad SAW di Tabloid Charlie Hebdo.

Pernyataan kontroversial Presiden Emmanuel Macron ini bermula dari insiden pembunuhan seorang guru sejarah bernama Samuel Paty yang mempertontonkan karikatur Nabi Muhammad SAW di Tabloid Charloe Hebdo pada pertengahan Oktober 2020 lalu.

Presiden Emmanuel Macron yang merupakan orang nomor satu di Prancis itu juga menyebut kasus pembunuhan guru itu bertentangan dengan kebebasan berekspresi.

Sejumlah oknum pembunuh guru di Prancis melancarkan aksinya sebagai tindakan melawan pihak yang mendukung penerbitan dan penyebarluasan konten Charlie Hebdo yang menistakan Nabi Muhammad.

Baca Juga: Telah Meninggal Dunia, Mantan PM Turki Mesut Yilmaz di Usia 73 Tahun di Hari Jumat 30 Oktober 2020

Dikutip Zonajakarta.com dari Pikiran Rakyat, Guru sejarah itu tewas dipenggal setelah menayangkan gambar kartun dan menyebutnya sebagai Nabi Muhammad.

Hal itu dinilai menghujat umat muslim karena sosok Nabi Muhammad tidak boleh digambarkan.

Dikutip dari AP, sebelum memperlihatkan gambar itu, sang guru meminta siswa muslim keluar dari ruangan.

Diduga tujuan sang guru melakukan hal tersebut sebagai bentuk dari kebebasan berekspresi.

"Salah satu warga kami dibunuh hari ini karena dia mengajar, dia mengajar murid-muridnya tentang kebebasan berekspresi," kata Presiden Prancis Emmanuel Macron seperti dikutip dari Reuters.

Baca Juga: Panduan Cek Penerima BPUM UMKM Rp 2,4 Juta Online Melalui e-form BRI, Login di eform.bri.co.id/bpum

Macron juga menyatakan masyarakat Prancis untuk memerangi radikalisme disana yang ia sebut 'Separatisme Islam'.

"Rekan kami diserang secara mencolok, menjadi korban serangan teroris Islam," kata Macron.

"Mereka tidak akan menang ... Kami akan bertindak. Tegas, dan cepat. Anda dapat memercayai tekad saya," timpalnya.

Artikel ini telah tayang sebelumnya di laman Zonajakarta.Pikiran-Rakyat.com dengan judul Lama Diam, Anak SBY Akhirnya Ikut Geram, AHY: Umat Islam, Mari Kita Buktikan!.

Ia merasa takut bahwa agama Islam akan mengambil alih ketenagan beragama yang sudah lama terjadi di Prancis.

Tidak lupa, Macron juga pernah menyebut Islam sebagai agama dalam krisis di seluruh dunia.

Baca Juga: Marah dengan Ucapan Presiden Macron, Arie Untung 'Buang' Tas Buatan Prancis

Karena dua hal tersebut, beberapa kemarahan negara Arab muncul terhadap apa yang dilakukan oleh Presiden Prancis ini.

Tagar seperti #BoycottFrenchProducts dalam bahasa Inggris dan #KecualiPesanTuhan dalam bahasa Arab menjadi trending topic di beberapa negara Islam.

Trending tersebut terjadi di negara Kuwait, Qatar, Palestina, Mesir, Algeria, Jordan, Arab Saudi, dan juga Turki.

Di Kuwait sebagai contoh, Ketua dan Anggota dari Al Naeem Cooperative Society memutuskan untuk melakukan boikot terhadap seluruh produk Prancis.

Mereka mengeluarkan produk-produk tersebut dari toko yang masih beroperasi. Asosiasi The Dahiyat al-Thuhr melakukan hal yang sama.

Baca Juga: Lama Tidak Muncul, Anak SBY Tiba-tiba Keluarkan Pernyataan Mengejutkan: Indonesia Harus Tegas

"Berdasarkan posisi dari Presiden Prancis, Emmanuel Macron dan dukungannya terhadap kartun ofensif yang melakukan penghinaan terhadap Nabi Besar kami (Nabi Muhammad SAW).

"Kami memutuskan untuk menghilangkan seluruh produk Prancis dari pasar dan cabang sampai waktu yang tidak ditentukan," jelas pernyataan lembaga tersebut.

Di Qatar, perusahaan barang bernama Al Meera memutuskan untuk berhenti menjual produk-produk Prancis sementara waktu.

"Kami menyetujui sebagai perusahaan nasional, kami bekerja sesuai dengan pandangan yang nyata terhadap agama kami, dan kebijakan yang sudah didirikan.

Baca Juga: Deklarasi KAMI Dibubarkan Polisi, Gatot Nurmantyo Gagal Berpidato

"Ini adalah cara kami untuk melayani negara dan keyakinan kami demi memenuhi aspirasi para pelanggan," tutur perusahaan Al Meera.

Sementara di Palestina sekitar 200 orang melakukan aksi protes kepada Presiden Emmanuel Macron di luar kediaman duta besar Perancis untuk Israel pada Sabtu 24 Oktober 2020.

Baca Juga: 24 Tahun Merantau ke Malaysia Simpan Kisah Pilu, TKI Asal Kubu Raya Pulang Tak Bernyawa

Salah satu demonstran, Amin Bukhari, menuduh Macron memainkan permainan "ekstrem kanan".

"Nabi Muhammad adalah hal yang paling suci dalam Islam dan siapa pun yang menyerang kehormatannya, menyerang semua orang," katanya kepada orang banyak, seperti dikutip dari The New Arab.

"Kita harus menghormati Musa di antara orang-orang Yahudi, kita harus menghormati Yesus Kristus yang adalah nabi kita juga, dan kita harus menghormati Nabi Muhammad SAW," sambungnya.**(Lusi Nafisa/Zona Jakarta PRMN).

Editor: Encep Faiz

Sumber: Zona Jakarta

Tags

Terkini

Terpopuler