MANTRA SUKABUMI - Politisi Partai Gerindra yakni Fadli Zon menilai bahwa wacana radikalisme kerap kali berpotensi menimbulkan fitnah dan prasangka pada banyak pihak.
Bahkan menurut Fadli Zon isu tersebut malah dibuat menjadi alat untuk membungkam orang menyampaikan kritiknya.
"Wacana radikalisme bisa membuat prasangka dan fitnah tak henti, dijadikan alat bungkam kritik atau refleksi fobia Islam," ucap Fadli Zon sebagaimana dikutip mantrasukabumi.com dari akun Twitter @fadlizon pada 20 April 2021.
Baca Juga: Ada Diskon hingga 90% Plus Voucher, Belanja Termurah di Shopee Murah Lebay
Baca Juga: Trailer Ikatan Cinta 20 April 2021: Elsa Bisa Ingkari Janjinya, Namun Riky Tak Sebodoh yang Dipikir
Fenomena tersebut menurutnya yang membuat posisi demokrasi di Indonesia menduduki peringkat paling rendah.
"Ini yang bikin demokrasi RI jeblok ke ranking 102," ujar Wakil Ketua Umum Partai Gerindra tersebut.
Baru-baru ini Menpan RB menyatakan bahwa di lingkungan pemerintahan banyak pihak yang terkena paham radikalisme.
Tjahjo mengungkapkan bahwa minat anak muda menjadi Pegawai Negeri Sipil (PNS) tampak begitu besar dan produktivitas para PNS nya pun cukup membaik.
Baca Juga: Jarang Diketahui, Ternyata Membaca Surat Al Ikhlas dalam Sholat Subuh Tidak Dianjurkan, Simak Alasannya
Namun Tjahjo mengaku sedih karena kerap kali setiap bulannya karena harus memutuskan untuk memberhentikan PNS akibat terpapar paham radikalisme.
Menanggapi pernyataan Tjahjo Kumolo ini, Anggota DPR RI Fraksi Partai Gerindra, Fadli Zon.
Menurut Fadli Zon, pernyataan Tjahjo Kumolo tersebut mesti dievaluasi.
Karena boleh jadi yang lantang menyuarakan radikalisme ternyata sebenarnya tidak mengenal baik paham tersebut.
"Harus dievaluasi, jangan-jangan yang nilai radikalisme tak mengerti radikalisme itu apa," cuit Fadli Zon.
MenPARB Tjahjo Kumolo baru-baru ini memberikan pernyataan dalam sebuah Webinar yang digelar oleh Lembaga Survei Indonesia atau LSI.
Tjahjo mengungkapkan bahwa minat anak muda menjadi Pegawai Negeri Sipil tampak begitu besar dan produktivitas para PNS nya pun cukup membaik.
Namun Tjahjo mengaku sedih karena kerap kali setiap bulannya ia harus memutuskan untuk memberhentikan PNS akibat terpapar paham radikalisme.
"Walaupun saya masih cukup sedih, hampir tiap bulan saya memutuskan, masih ada saja harus saya putuskan PNS yang diberhentikan karena dia punya paham radikalisme dan terorisme, dia tidak memahami ranah korupsi," kata Tjahjo Kumolo.
Selain itu, Tjahjo Kumolo juga mengatakan bahwa dirinya telah kehilangan banyak orang pintar akibat terpapar paham radikalisme dan terorisme.
Baca Juga: Ikatan Cinta Hari ini 20 April 2021, Riky Behasil Bawa Elsa ke Hotel, Mama Sarah Dapatkan Pesan Aneh
Kondisi tersebut Tjahjo ketahui dari data-data yang ada, salah satunya adalah dari media sosial para PNS tersebut.
"Kami banyak kehilangan orang-orang pintar yang seharusnya dia bisa duduk di eselon I, yang dia seharusnya bisa duduk di eselon II, yang seharusnya dia bisa jadi Kepala Badan atau lembaga, tapi dalam TPA (Tes Potensi Akademik), dia terpapar masalah radikalisme dan terorisme, kami juga ada datanya dari medsosnya yang kami pegang," pungkasnya.***