Network
MANTRA SUKABUMI - Ekonom Emil Salim melayangkan kritiknya, terkait rencana pengadaan senjata untuk Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (ABRI).
Dilaporkan bahwa anggaran alutsista ABRI tersebut mencapai Rp1.750 triliun, yang menjadi sorotan Ekonom senior Emil Salim.
Emil Salim kemudian mempertanyakan, apakah rencana pengadaan senjata ABRI itu sangat mendesak hingga harus menghabiskan Rp1.750 triliun.
Baca Juga: Soal Alutsista Rp1,7 Kuadriliun, Anggota DPR Tolak Rencana Kementerian Pertahanan
Diketahui sebelumnya, rencana pengadaan senjata ini tertulis dalam draf rancangan Perpres yang belum lama ini beredar.
Pampers tersebut berkaitan dengan Pemenuhan Kebutuhan Alat Peralatan Pertahanan dan Tentara Nasional Indonesia Tahun 2020-2024.
Kebutuhan anggaran Alpalhankam untuk Renstra 2020-2044 ini dilaporkan mencapai 124 miliar dollar Amerika Serikat, atau setara Rp1.750 triliun.
Kemudian untuk rencana skema pendanaan, direncanakan akan berasal dari pinjaman luar negeri.
Melalui akun Twitter pribadinya, Guru Besar Emeritus Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia melayangkan kritiknya.
Baca Juga: 37 Guru di Pekalongan Terinfeksi Covid-19, Zubairi Djoerban: Prihatin, ini Bukti Covid-19 Hal Serius
Emil Salim mengatakan jika Indonesia masih berkutat dengan masalah pandemi Covid-19, yang belum terselesaikan.
"Rakyat sedang bergumul dengan pandemi Covid-19 yang belum tertundukkan," tulisnya dikutip mantrasukabumi.com dari unggahan @@emilsalim2010 pada 2 Juni 2021.
Terlebih lagi, Emil Salim melanjutkan, krisis ekonomi akibat pandemi Covid-19 sangat terasa oleh publik Tanah Air.
"Krisis ekonomi yang masih merajalela sehingga derita rakyat belum tertanggulangi," lanjutnya.
Ia pun kemudian mempertanyakan, apakah pengadaan senjata untuk ABRI yang rencananya menghabiskan Rp1.750 triliun itu mendesak, hingga harus dilakukan sekarang.
Baca Juga: Indonesia Batal Berangkatkan Jamaah Haji 2021 Gegara Masih Punya Utang ke Arab Saudi, Cek Faktanya
"Urgenkah belanja senjata ABRI sekarang Rp1.750 triliun rupiah?" cuit Emil Salim.
Emil Salim kembali bertanya, apakah ada landasan rencana tersebut di Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) atau tidak.
"Adakah studi kelayakannya dan rencana utuh di Bappenas?" tambahnya.***
