IDI Dukung Pembelajaran Tatap Muka, Prof. Zubairi: Masyarakat Boleh Saja Skeptis, Asal Sesuai Data

- 9 Juni 2021, 20:41 WIB
Ketua Satgas Covid-19 IDI, Zubairi Djoerban.
Ketua Satgas Covid-19 IDI, Zubairi Djoerban. /Antara


MANTRA SUKABUMI - Pembelajaran Tatap Muka yang didengungkan Mendikbud Ristek terus mendapat dukungan dari berbagai pihak, termasuk Presiden Jokowi.

Dukungan kembali datang dari Ketua Satuan Tugas Covid-19 Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) Zubairi Djoerban yang mendukung instruksi Presiden Jokowi mengenai sekolah tatap muka dibuka dengan beberapa persyaratan, seperti kapasitas maksimal 25 persen dan masuk hanya sebanyak dua kali seminggu.

Ia menilai arahan Presiden Jokowi tersebut sebagai usulan bagus dengan mengambil jalan tengah.

Baca Juga: Gandeng Shopee, Ridwan Kamil Resmikan Pembangunan Shopee Center Guna Mempercepat UMKM Jabar Go Digital

Baca Juga: MUI Diduga Dapat Uang Rp480 Triliun dari Sertifikasi Halal, Ketua MUI: Ini Jelas Fitnah Tidak Sesuai Fakta

“Saya memandang, arahan Presiden Jokowi tentang sekolah tatap muka sebagai jalan tengah. Mulai dari pembatasan jam belajar dan siswanya di dalam kelas, hingga memastikan semua guru sudah divaksinasi. Itu cukup bagus,” Cuit Zubairi Djoerban, dikutip mantrasukabumi.com, dari akun twitternya, Rabu, 9 Juni 2021.



Zubairi pun mengatakan masyarakat boleh skeptis terhadap pelaksanaan PTM ini, namun harus didasari oleh data. Pasalnya, kebijakan ini belum tentu cocok untuk semua daerah.

“Lalu, apakah kita harus skeptis pada pelaksanaannya nanti? Begini. Skeptis boleh saja. Tapi harus didasari data.

Baca Juga: Ditutup Sampai 28 Juni 2021, Segera Daftar BLT UMKM PNM Mekaar, ini Cara Dapatkan Banpres BPUM Rp1,2 Juta

Pasalnya, satu kebijakan ini belum tentu cocok untuk semua daerah. Apalagi daerah berstatus zona merah dan yang bed occupancy rate (BOR) tinggi. Ada baiknya dipertimbangkan dengan baik untuk buka kembali sekolah-sekolahnya,” papar Zubairi.

Zubairi mengatakan kebijakan PTM ini bisa dilaksanakan di daerah zona hijau atau kuning. Meskipun dia keberatan jika dilaksanakan di daerah dengan positivity rate Covid-19 yang tinggi.

“Kalau daerah zona hijau dan kuning, saya pikir bisa-bisa saja, meski agak keberatan juga jika melihat positivity rate yang masih tinggi.”

Dia pun berharap agar semua guru dipastikan telah divaksinasi Covid-19.

“Semoga saja tiap daerah bisa memastikan semua gurunya telah divaksinasi. Kalau perlu, tak hanya guru. Tapi semua staf di sekolah tersebut,” paparnya.

“Prinsipnya, tugas kita adalah melindungi anak-anak kita. Makanya monitor dan evaluasi itu harus berjalan terus. Jangan baru dibuka, kemudian ditutup lagi karena banyak guru dan murid yang terinfeksi Covid-19. Lihat klaster sekolah di Pekalongan. Kan malah jadi tidak efektif. Saya amat memahami, betapa kerasnya pemerintah daerah dan perangkat sekolah bekerja untuk mempersiapkan pembukaan kembali sekolah ini,” kata Zubairi.

Lebih lanjut, Zubairi pun meminta untuk tetap perketat monitoring dan konsisten menjalankan protokol kesehatan.

Baca Juga: Emmanuel Macron Ditampar oleh Warganya Sendiri saat Kunjungan, Begini Respon Elegan sang Presiden

“Maka itu, saya hanya bisa berpesan. Tolong perketat monitoring dan konsisten dalam menjalankan protokol,” pungkasnya.

Seperti diketahui, Mendikbud Ristek Nadiem Makarim menginstruksikan kepada seluruh pemerintah daerah untuk melaksanakan Pembelajaran Tatap Muka pada Tahun Pelajaran baru ini, dirinya melihat pembelajaran yang diberlakukan secara daring yang selama dilaksanakan kurang efektif terutama bagi daerah yang secara akses internet sangat sulit dijangkau.

Instruksi Nadiem Makarim ini disambut baik oleh Presiden Joko Widodo, dirinya memberikan sinyal positif tentang Pembelajaran Tatap Muka. Namun, Jokowi memberikan berbagai syarat yang ketat untuk menjaga kesehatan warga belajar dan masyarakat.***


Editor: Ridho Nur Hidayatulloh


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x