Biodata Hashim Djojohadikusumo, Adik Prabowo Subianto yang Bantah Kecipratan Jatah Proyek Ibukota Baru

- 9 Februari 2022, 09:10 WIB
Adik Prabowo Subianto, Hashim Djojohadikusumo.
Adik Prabowo Subianto, Hashim Djojohadikusumo. //Antara/

MANTRA SUKABUMI - Hashim Djojohadikusumo merupakan seorang pengusaha dan juga adik Menteri Pertahanan sekaligus Ketua umum Partai Gerindra yakni Prabowo Subianto.

Hashim Djojohadikusumo selain sebagai pengusaha juga seorang filantropis, pemilik perusahaan Arsari Group.

Hashim Djojohadikusumo telah membantah tudingan sejumlah pihak soal dirinya yang dituding mendapat jatah proyek di Ibu Kota Negara Baru di Kalimantan Timur.

Baca Juga: 10 Ucapan Hari Pers Nasional 2022, Cocok Dijadikan Status di Sosial Media

Hashim Djojohadikusumo mengaku kecewa karena dirinya disebut menerima jatah proyek Ibukota baru tersebut.

Adik Prabowo Subianto tersebut mengaku kepemilikan lahan di Kalimantan Timur sudah dimiliki sejak tahun 2007.

Berikut biodata Hashim Djojohadikusumo seperti dirangkum mantrasukabumi.com dari berbagai sumber pada 9 Februari 2022.

Dengan nama lengkap Hashim Sudjono Djojohadikusumo lahir di Jakarta, 5 Juni 1953.

Hashim merupakan anak bungsu dari pasangan Prof. Dr. Soemitro Djojohadikusumo dan Ibu Dora Sigar, dan juga adik dari Prabowo Subianto, Capres 2014 dan 2019 dari Partai Gerakan Indonesia Raya.

Hashim menjabat sebagai Wakil Ketua Dewan Pembina Partai GERINDRA.

Hashim dikenal sebagai
Pendiri dan Pemilik Arsari Group, dengan kekayaan bersih mencapai US$800 juta pada Desember 2019.

Hashim memiliki istri yang bernamaAnie Hashim Djojohadikusumo.

Dan telah dikaruniai 3 orang anak yang bernama, Aryo Djojohadikusumo, Rahayu Saraswati Djojohadikusumo dan Indra Djojohadikusumo.

Hashim sejak sekolah dasar hingga sekolah menengah mengenyam pendidikan di Eropa sebelum melanjutkan pendidikan tinggi di bidang Politik dan Ekonomi di Universitas Pomona, negara bagian California, Amerika Serikat.

Hashim menikah dengan Anie dan dikaruniai 3 orang anak Aryo, Sara, dan Indra. Hashim adalah penganut agama kristen protestan.

Ayah Hashim adalah begawan ekonomi Indonesia, Sumitro Djojohadikusumo yang juga pernah menjabat sebagai Menteri Ekonomi serta Menteri Riset dan Teknologi pada masa Presiden Soeharto.

Sedangkan kakeknya Margono Djojohadikusumo adalah pendiri Bank BNI 1946 dan mantan ketua Dewan Pertimbangan Agung Sementara(DPAS) 1945 serta Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia.

Hashim adalah yang termuda dari empat bersaudara. Ia memiliki dua kakak perempuan, yaitu Biantiningsih dan Maryani Ekowati, serta satu kakak laki-laki yaitu Prabowo Subianto yang merupakan mantan Danjen Kopasus RI dan pernah menjadi calon Presiden RI pada tahun 2014 dan 2019.

Baca Juga: Mengenal Batu Andesit, di Proyek Bendungan Bener yang Sebabkan Desa Wadas Purworejo Sempat Diwarnai Kericuhan

Awalnya Hashim Djojohadikusumo magang di sebuah bank investasi sebagai analis keuangan di Prancis, kemudian ia mulai memasuki dunia bisnisnya dengan menjadi direktur di Indo Consult.

Berkat perkembangan bisnis dan perusahaan Hashim Djojohadikusumo yang semakin melaju pesat, maka akhirnya ia pun mulai mengakuisi PT. Semen Cibinong lewat perusahaannya bernama PT. Tirta Mas.

Setelah itu, ia pun juga mulai menanamkan sahamnya di Bank Niaga dan Bank Kredit Asia, hingga ia menjadi benar-benar seorang konglomerat.

Setelah itu bersama dengan Prabowo, ia membeli Kiani Kertas, perusahaan eks-Bob Hasan yang bermarkas di Kalimantan Timur.

Sentuhan langsung dari kakeknya dan kesetiaannya mengikuti sang ayah ke mana-mana telah membentuk sosok Hashim yang telah mengenal ekonomi kerakyatan sejak kecil.

Setelah banyak menghabiskan pendidikan formalnya di luar negeri, Hashim pulang ke Indonesia tatkala sang ayah tak lagi menduduki jabatan menteri, dan langsung menempati posisi direktur Indo Consult—perusahaan milik ayahnya .

Setelah berhasil menyelamatkan perusahaan Prabowo tersebut, Hashim Djojohadikusumo juga berhasil menguasai konsesi lahan hutan sebesar 97 hektare yang tersebar di Aceh Tengah.

Kemudian mendorongnya untuk terus memperluas jaringan bisnisnya hingga memiliki 3 juta hektare perkebunan, konsesi hutan, tambang batubara, dan ladang migas di Aceh hingga ke Papua.

Menurut laporan Forbes 2012 mengklaim bahwa Hashim Djojohadikusumo sebagai salah satu pria terkaya di Asia dengan kekayaan mencapai US$ 850 juta atau bila dikurs kan bisa mencapai sebesar Rp 8.5 Triliun.

Pada tahun 2008, Hashim Djojohadikusumo mendirikan Arsari Pratama, sebuah perseroan terbatas yang bergerak di bidang usaha umum.

Arsari Pratama yang kemudian dikenal sebagai ARSARI GROUP, adalah perusahaan induk dari berbagai bisnis dalam negeri yang telah dia rintis jauh sebelumnya.

Beberapa di antaranya bergerak di bidang Agribisnis, Pertambangan, Kehutanan, serta Perdagangan dan Logistik.

Bisnis jangka panjang untuk terus memenuhi kebutuhan yang ada adalah konsep bisnis pilihannya.

Dalam konteks itu, saat ini, Arsari Group berkonsentrasi pada bisnis Energi Terbarukan yang berfokus pada energi biomassa dan surya, serta sumber daya air yang berkelanjutan.

Fokus kedua adalah pertambangan khususnya yang memiliki potensi pasar yang luas di industri elektronik.

Baca Juga: Luhut Tetapkan PPKM Level 3 di Jabodetabek, Netizen: Belum Sampe Pedes Gila Sampe Guling-guling

Bagi Hashim, energi terbarukan merupakan bisnis yang sangat menguntungkan dalam waktu dekat, karena minyak mentah, gas bumi, dan batu bara di Indonesia akan segera habis.

Sebagai pebisnis yang percaya pada bisnis jangka panjang, dengan mempertimbangkan kondisi dan data yang ada, Hashim percaya bahwa saat ini adalah waktu yang tepat untuk keluar dari bisnis energi fosil dan memasuki bisnis energi terbarukan.

Dengan cara ini ia percaya akan mendapatkan keuntungan yang maksimal sekaligus dapat memberikan kembali kepada kemanusiaan dan keberlanjutan planet, alam dan lingkungan.

Arsari Group juga memiliki kelompok usaha di bidang budidaya mutiara dan perikanan, serta perdagangan, seperti Bima Sakti Bahari dan Tirtama Mutiara.

Salah satu lokasi budidaya mutiara dan perikanan yaitu di Bima, Nusa Tenggara Barat. Di bidang kawasan pengelolaan hutan wisata, Arsari Group memiliki Wana Wisata Indah.

Di bidang pertambangan, Arsari Group menjalankan bisnis peleburan timah dibawah PT. Mitra Stania Prima.***

Editor: Robi Maulana


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah