BMKG Sebut Khawatir Indonesia Alami Hal yang Sama, Usai Gempa Megathrust Guncang Meksiko Selasa Lalu

- 25 Juni 2020, 06:15 WIB
SEJUMLAH orang berkumpul setelah gempa bumi mengguncang di Kota Meksiko pada 23 Juni 2020.*
SEJUMLAH orang berkumpul setelah gempa bumi mengguncang di Kota Meksiko pada 23 Juni 2020.* /Reuters//Reuters

MANTRA SUKABUMI – Pada Selasa, 23 Juni 2020 gempa bumi mengguncang wilayah Meksiko bagian Selatan dengan kekuatan 7.4 magnitudo.

Gempa tersebut berpusat di Pesisir Pantai Negara Bagian Oaxaca, Mexico City sekitar pukul 10.29 waktu setempat dengan ke dalaman hiposentrum 26 km.

Gempa dengan kekuatan 7.4 magnitudo yang berada pada episentrum 12 km selatan-barat daya Santa Maria Bagian Oaxaca dapat dikategorikan dalam type gempa megathrust.

Baca Juga: Cek Fakta: Benarkah Mantan Film Dewasa, Mia Khalifa Meninggal Dunia akibat Bunuh Diri?

Baca Juga: Didakwa Lakukan Pelecehan Seksual, Bintang Film Dewasa Ron Jeremy Terancam 90 Tahun Penjara

Meksiko dilanda gempa yang cukup besar di tengah pandemic Covid-19 yang kondisinya memprihatinkan, sebab kasus positif mencapai 191.410 orang dan untuk korban meninggal sebanyak 23.377 orang.

Sehingga, dengan adanya kejadian gempa yang melanda Meksiko menambah keterpurukannya disituasi pandemic saat ini.

Menanggapi hal ini, Kepala Bidang Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami di Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), Daryono mengatakan ikut mencermati gempa yang terjadi di Meksiko pada Selasa malam waktu Indonesia.

Daryono menganalisis peristiwa gempa yang terjadi di Meksiko dan mengatakan peristiwa tersebut sebagai pelajaran bagi Indonesia.

Baca Juga: Menjaga Ancaman dari Luar, TNI AL Tingkatkan Kemampuan dengan Latihan Militer di Perairan Makassar

Baca Juga: Australia Laporkan Kematian Pertama Usai Penguncian Ketat Akibat Corona selama Lebih dari Sebulan

Gempa pada Selasa, 23 Juni 2020 merupakan gempa besar yang ke-9 kali dengan kekuatan di atas 7.0 magnitudo. Delapan gempa lainnya yakni terjadi pada 2017(M 8.2), 2012(M 7.4), 2003(M7.5), 1995(M 8.0), 1985(M 8.0), 1932(M 8.1), 1845(M 7.9), dan 1786(8,6).

"Hasil analisis BMKG menujukkan gempa Oaxaca (Meksiko) M 7.5 mekanismenya sesar naik ciri khas mekanisme gempa megathrust," tulis Daryono di akun Instagramnya pada Rabu, 24 Juni 2020. Gempa tersebut terjadi karena dipicu oleh deformasi batuan tepat di zona Megathrust Oaxaca. 

"Tadi malam, tekanan kulit bumi di zona megathrust itu tampaknya sudah melampaui batas elastisitasnya hingga batuan tidak mampu lentur lagi sehingga patah dengan tiba-tiba selanjutnya memancarkan energi gelombang seismik," ucap Daryono.

Aktivitas seismik terjadi pada Lempeng Cocos yang berada di Samudra Pasifik dekat Meksiko yang bergerak 50 hingga 70 milimeter per tahun.

Baca Juga: Bantah Cuitan Trump Terkait Ajakan Gelar Perundingan, Presiden Iran: Permintaan AS Sebuah Kebohongan

Baca Juga: Seorang Wanita Jadi Buronan Polisi Gegara Batuk Dihadapkan pada Wajah Bayi Ditengah Pandemi Corona

Gempa semalam pun merusak beberapa struktur bangunan rumah dan menyebabkan bangunan bergoyang di Mexico City. Dalam laporan terbaru yang dikutip dari AP News, lima orang dinyatakan tewas yakni dua orang di Huatalco, Oaxaca.

Dua orang tewas di Desa Pegunungan San Juan Ozolotepec dan satu terakhir merupakan seorang pekerja di perusahaan kilang minyak milik pemerintah, Pemex setelah jatuh dari struktur kilang.

Orang-orang pun berkeliaran di jalanan ibu kota sekitar satu jam setelah gempa dengan tidak mengenakan masker sebagai protokol kesehatan. Sejumlah pasien di rumah sakit covid-19 menimbulkan kepanikan dan berkerumun di salah satu bangsa di rumah sakit tersebut. 

"Gempa Oaxaca southern Mexico M 7,4 tadi malam memicu collateral hazard berupa longsoran di berbagai tempat," kata Daryono. Gempa pun terasa di Guatemala dan seluruh wilayah Meksiko Selatan dan tengah.

Baca Juga: MKKS Beri Kejutan Motor pada Guru Honor di Cikakak yang Rumah dan Motornya Terbakar

Baca Juga: Media Australia Sebut Indonesia Merupakan Negara Terburuk dalam Tangani Pandemi Covid-19

Daryono mengatakan pada gempa semalam, sejumlah gedung dan bangunan di Meksiko dinilai memiliki ketahanan yang teruji terhadap gempa besar.

Ia membandingkan dengan gempa di Yogyakarta pada tahun 2006 yang kekuatannya lebih kecil yakni M 6.4, namun dampak kerusakannya sangat besar dan menimbulkan banyak korban jiwa yakni lebih dari 5.800 jiwa hilang.

"Tampaknya Meksiko sudah lama dalam menyiapkan struktur bangunan tahan gempa, sementara di Yogyakarta saat itu masih banyak bangunan yang di bawah standar aman gempa," ujar Daryono membandingkan dua lokasi gempa.

"Pelajaran terpenting yang dapat kita ambil sebagai pelajaran bahwa bangunan tahan gempa adalah kunci keselamatan yang paling utama dalam menghadapi gempa sehingga cepat atau lambat harus kita merealisasikannya," kata Daryono. 

Baca Juga: Di Tengah Pandemi Covid-19, 430 Karyawan Gojek Terkena PHK

Baca Juga: Mengejutkan Pria 18 Tahun Mengaku Mengidap ‘Tiktok Syndrome’

Ia pun menganalisa telah terjadi tsunami kecil sebagai dampak dari gempa Oaxaca M 7,4 Meksiko selatan yang tercatat pada stasiun DART 43413.

"Tak hanya manusia yang panik dengan gempa M 7,4 di Oaxaca Meksiko selatan, ikan dan anjing pun turut panik," ungkapnya.

Tidak hanya soal bangunan, ia pun mengingatkan pentingnya mengidentifikasi zona megathrust dan sesar aktif di Indonesia yang segmennya belum mengalami gempa kuat untuk diwaspadai.

Sebab, Daryono mencermati bahwa adanya potensi gempa di kawasan seismic gap sebagai 'bom waktu' yang suatu saat akan meledak dengan melepaskan energi yang besar. Zona seismic gap adalah zona sumber gempa aktif akan tetapi sudah lama tidak terjadi gempa dahsyat. 

Baca Juga: Ramai Tagar Pecat Wasekjen dari MUI, Tengku Zulkarnain: Tidak Ada yang Bisa Memecat

Sebelumnya, artikel terkait telah tayang di laman Pikiranrakyat-bekasi.com dengan judul Meksiko Diguncang Gempa Megathrust ke-9 Kali, BMKG Khawatirkan Peristiwa Sama Terjadi di Indonesia.

Baca Juga: 45 Ribu Orang Tandatangani Petisi Bebaskan Muslimah AS, Setelah Dipaksa Lepas Hijab saat Ditahan

 

"Jika kita mencermati urutan sejarah gempa besar di Meksiko yang terjadi di sepanjang Subduksi Lempeng Cocos, tampak bahwa gempa Oaxaca terjadi di kawasan yang selama ini 'kosong' dari gempa besar," ucap Daryono.

Terakhir, Daryono mengingatkan wilayah-wilayah di Indonesia yang memiliki catatan gempa besar wajib hukumnya membangun tahan gempa serta mengedukasi warganya bagaimana cara selamat saat terjadi gempa.

"Gempa besar akan mengalami perulangan atau periode ulang sehingga daerah yang pernah mengalami gempa besar pada masa lalu maka dapat kembali dilanda gempa kuat di masa yang akan datang," ucap Daryono.

Hingga saat ini, Pemerintah Meksiko khususnya di wilayah Oaxaca masih melakukan identifikasi kerusakan akibat gempa besar tersebut.**(M Bayu Pratama/PR Bekasi).

Editor: Encep Faiz

Sumber: Pikiran Rakyat Bekasi


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x