Karena jika harta dikuasai orang fasik makan akan menimbulkan mudarat dan maksiat.
"Berarti kiai boleh kaya, dan sejak saat itu ada gerakan kiai kudu sugih (harus kaya). Cuma ada yang kesampaian, ada yang tidak (kesampaian)." terang Gus Baha.
Kebolehan bahkan keharusan orang alim kaya, juga diqiyaskan kepada kekuasaan.
Maka paradigmanya sama, yakni kekuasaan harus dipegang orang-orang saleh.
Sebab jika kekuasaan jatuh ke tangan orang fasik, bisa menimbulkan bahaya.
"Maka banyaklah kiai menjadi bupati, dan sebagainya,” pungkas Gus Baha.***