Amerika Serikat Akui Tak akan Menang Jika Perang Lawan China Sekarang, Ini Alasannya

- 17 September 2020, 14:20 WIB
MENTERI Pertahanan Amerika Serikat, Mark Esper: Amerika Serikat Akui Tak akan Menang Jika Perang Lawan China Sekarang, Ini Alasannya
MENTERI Pertahanan Amerika Serikat, Mark Esper: Amerika Serikat Akui Tak akan Menang Jika Perang Lawan China Sekarang, Ini Alasannya /AFP/CHIP SOMODEVILLA/.*/AFP/CHIP SOMODEVILLA

MANTRA SUKABUMI - Konflik antara Amerika Serikat dengan China kian hari kian memanas dan bisa memicu terjadi perang.

Persaingan dari kedua negara tersebut tidak hanya dalam bidang militer saja, akan tetapi AS dan China bersaing dalam berbagai hal.

 Amerika Serikat dan China bersaing selain di dunia kemiliteran bersaing juga mulai dari kasus Taiwan dan Hongkong, perdagangan, teknologi, sengketa Laut China Selatan, pandemi Covid-19, dan masih banyak lagi yang lainnya.

Baca Juga: Keberanian China Tantang Amerika Serikat Semakin Mengerikan

Baca Juga: Konflik China - India, Donald Trump: AS Senang Apabila Dapat Bantu Selesaikan Sengketa Perbatasan

Sehingga, hubungan diplomatik kedua negara tersebut hingga kini masih terus berseteru dan semakin menegangkan.

Seperti sengketa di Laut China Selatan, di mana China mengklaim hampir 80% luas perairan tersebut sehingga Amerika Serikat membantu negara yang berada di wilayah Laut China Selatan untuk mengamankan wilayah yang diklaim China tersebut.

Dilansir dari zonajakarta.pikiran-rakyat.com, sebuah lembaga pemikir Amerika Serikat telah mengumpulkan peta interaktif tentang bagaimana pangkalan udara, rudal, dan radar Tiongkok di Laut China Selatan yang disengketakan memungkinkan Beijing untuk memproyeksikan kekuatan militer hingga Singapura, Vietnam, dan Indonesia.

Peta tersebut, yang disusun oleh Pusat Kajian Strategis dan Internasional, menggambarkan jangkauan senjata dan radar Tiongkok yang dikerahkan di berbagai pulau kecil dan terumbu karang di Laut China Selatan.

Baca Juga: Dampak Konflik AS-China, Amerika Serikat Larang 38 Perusahaan Afiliasi Huawei

Misalnya, mengklik tab Pesawat Pengebom peta menunjukkan bahwa pembom H-6 China yang berbasis di Pulau Woody - sekitar 400 mil dari Hong Kong - dapat menyerang target jauh di timur Filipina, dan sejauh selatan Singapura, pengiriman penting rute melalui Selat Malaka, dan ibu kota Indonesia Jakarta.

Sementara itu, negara Vietnam bagian Selatan dan Malaysia akan berada dalam jangkauan kekuatan udara China.

Rudal anti-kapal dan anti-pesawat Tiongkok yang dikerahkan di Kepulauan Spratly, yang merupakan sekelompok terumbu kecil di tengah Laut China Selatan juga dapat menutupi sebagian besar wilayah, menurut peta CSIS.

Vietnam Selatan dan Malaysia akan berada dalam jangkauan kekuatan udara China.

Rudal anti-kapal dan anti-pesawat Tiongkok yang dikerahkan di Kepulauan Spratly, yang merupakan sekelompok terumbu kecil di tengah Laut China Selatan juga dapat menutupi sebagian besar wilayah, menurut peta CSIS.

Baca Juga: Malaysia Tak Mau Terjebak Konflik AS-Tiongkok dalam Sengketa Laut China Selatan

Dari Mischief Reef, sekitar 900 mil tenggara Hong Kong dan sekitar 500 hingga 600 mil dari Manila dan Kota Ho Chi Minh, YJ-62 dan YJ-12B rudal jelajah anti-kapal dapat menyerang sejauh pantai Vietnam, Brunei dan Filipina pulau Palawan.

Rudal permukaan-ke-udara HQ-9 akan menutupi wilayah udara di sekitar pulau dan terumbu karang yang dikuasai China.

Sebelumnya dalam laporan AS, Military and Security Developments Involving the People's Republic of China yang dikutip dari website www.defense.gov, Pentagon mengklaim kekuatan militer China lebih besar dari AS.

Tentara Pembebasan Rakyat China (PLA) sejak 2019 disebut terus membuat kemajuan dalam pembaruan angkatan bersenjatanya.

Baca Juga: China-Militer AS Lakukan Pembicaraan Genting Untuk Hindari Konflik Laut China Selatan dan Taiwan

China dikatakan melakukan sejumlah reformasi. Mulai dari membangun sistem militer modern hingga memperkuat kompetensinya untuk melakukan operasi.

"Termasuk pembuatan kapal, di mana RRC (Republik Rakyat China) memiliki angkatan laut terbesar di dunia, dengan kekuatan tempur keseluruhan sekitar 350 kapal dan kapal selam termasuk lebih dari 130 kombatan permukaan utama," kata laporan itu.

Data itu juga memuat bahwa ini tak sebanding dengan Angkatan Laut AS. Di mana AS hanya memiliki 293 kapal di awal 2020.

Dikutip Zonajakarta.com dari Galamedia, Menteri Pertahanan Amerika Serikat Mark Esper mengumumkan rencana ambisius untuk memperluas Angkatan Laut AS.

Baca Juga: Dampak Konflik AS-China, Amerika Serikat Larang 38 Perusahaan Afiliasi Huawei

Rencana tersebut sebagaimana ditulis AFP, dijuluki 'Future Forward had laid out a "game-changer"'. Angkatan Laut akan diperluas lebih dari 355 kapal dari 293 kapal saat ini.

AS pun rela menggelontorkan puluhan miliar dolar untuk semua itu. Ditargetkan di 2045, Angkatan Laut AS harus lebih unggul dari China, yang dipandang sebagai ancaman utama bagi negeri itu.

Artikel ini sebelumnya telah tayang di laman Zonajakarta.Pikiran-Rakyat.com dengan judul Keok Sebelum Perang, Amerika Akui Negaranya Baru Bisa Menang Lawan China 25 Tahun Mendatang, Kenapa?.

Armada masa depan akan lebih seimbang dalam kemampuan memberi efek mematikan dari udara, laut dan bawah laut," kata Esper dalam pidatonya di Rand Corp California, Rabu 16 September 2020.

Armada kapal akan dibuat mampu bertahan dalam konflik intensitas tinggi. Esper mengatakan ini untuk memproyeksikan kekuatan dan kehadiran AS dan memberi serangan presisi pada jarak yang sangat jauh.

Baca Juga: Konflik AS-China Kian Memanas, Aksi AS Dibalas China Dengan Umumkan Sanksi 11 Anggota Parlemen AS

Baca Juga: Konflik AS - China Picu Kenaikan Harga Emas Hingga Dekati 1.900 Dollar

Misalnya kapal perang pregata berpeluru kendali. Jenis baru, ujarnya, akan dibuat "mematikan" dengan meningkatkan kemampuan bertahan dan tempur sekaligus.

Saat ini uji coba tengah dilakukan di Sea Hunter. Salah satu yang diuji adalah drone trimaran (sejenis kapal tak berawak) setinggi 40 meter, yang dapat secara mandiri menyurvei lkapal selam musuh di laut selama dua bulan sekaligus.

"Upaya ini merupakan langkah selanjutnya dalam mewujudkan armada masa depan AS ... sistem (kapal) tak berawak akan melakukan beragam fungsi perang, mulai tembakan mematikan, meletakan ranjau, hingga mengawasi musuh," jelasnya.

"Ini akan jadi perubahan besar, terkait cara kita berperang di laut, untuk tahun-tahun dan dekade mendatang".**(Lusi Nafisa/Zona Jakarta).

 

Editor: Encep Faiz

Sumber: Zona Jakarta


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah