MANTRA SUKABUMI - Kudeta di Myanmar oleh kelompok militer memicu reaksi negara-negara se dunia, sejumlah negara secara terbuka mengutuk dan mengeam upaya militer Myanmar menggagalkan proses demokrasi di negaranya.
Pengamat Politik internasional mengatakan ambisi dari panglima tertinggi, Jenderal Min Aung Hlaing menjadi Presiden memainkan peran kunci dalam perebutan kekuasaan di Myanmar.
Sang Jenderal yang semula tidak diperhitungkan dalam peta politik Myanmar, kini menjelma menjadi kekuatan yang menakutkan dengan dukungan dari media sosial yang mendongkrak popularitasnya di dalam negeri.
Baca Juga: Brand Lokal Favorit Masyarakat Kini Hadir Jadi Merchant Baru ShopeePay
Rakyat Myanmar dengan semangat demokrasinya di tengah ancaman lonjakan virus corona, mereka memberikan hak suara untuk pemilihan umum pada 8 November 2020.
Antusiasme itu terlihat jelas di kota terbesar Myanmar, Yangon, dimana para pemilih datang ke tempat-tempat pemungutan suara dengan mengenakan masker dan menerapkan protokol kesehatan.
"Orang-orang bersemangat untuk memilih, karena mereka ingin melarikan diri dari perjuangan politik, mereka menginginkan demokrasi sejati," kata seorang petugas pemungutan suara pada saat itu.
Dikutip mantrasukabumi.com dari Al Jazeera pada 3 Februari 2021 bahwa pengamat melihat bahwa tanda-tanda masalah sudah mulai muncul sebelum hari pemilihan dimulai.