Baca Juga: KSP Moeldoko Diduga Akan Kudeta AHY, Rocky Gerung: Dia Sudah Matang di Dunia Politik
Hanya beberapa hari sebelum pemungutan suara, panglima militer Myanmar Min Aung Hlaing telah meningkatkan persiapan pengamanan dengan menyebut, menjaga kemungkinan pihak militer tidak menerima hasil pemilihan.
Menuduh pemerintahan pemenang Nobel, Aung San Suu Kyi melalui media lokal bahwa militer berada dalam situasi hati-hati dan mengantisifasi kecurangan dalam pemilu.
"kami berada dalam situasi di mana kami perlu berhati-hati demi menjaga kemungkinan kesalahan yang tidak dapat diterima" tulis media lokal mengutip pernyataan pihak militer tentang prediksi hasil pemilu.
Partai yang dipimpin Aung San Suu Kyi, Liga Nasional untuk Demokrasi (NLD) kemudian meraih kemenangan telak, dengan lebih dari 80 persen suara dan perolehan suara dari pemilu 2015.
Tetapi hasilnya menuai tuduhan penipuan dan seruan untuk pemilihan ulang dari Partai Solidaritas dan Pembangunan (USDP) yang didukung militer. Tatmadaw, sebutan untuk Angkatan Bersenjata Myanmar, mendukung pernyataan USDP, mengklaim tanpa bukti bahwa penyelidikannya sendiri telah menemukan 10,5 juta suara yang dicurigai.
Kemudian, pada Rabu, Min Aung Hlaing mengancam akan mencabut konstitusi.
Ancaman kudeta dari kubu militer yang memicu kecaman internasional, kemudian pihak militer menarik kembali peringatannya, dengan mengatakan bahwa media telah salah menafsirkan komentar Sang Jenderal tersebut.
Tetapi pada Senin, 1 Februari 2021 pagi, ancaman itu menjadi kenyataan.