Keheranan Said Didu Soal Kontroversi Kurikulum dan Buku Kemendikbud: Kalian Sebenarnya Siapa dan Mau Apa

- 21 April 2021, 13:07 WIB
Pengamat politik, Muhammad Said Didu. /tangkapan layar youtube/ Indonesia Lawyer Club/
Pengamat politik, Muhammad Said Didu. /tangkapan layar youtube/ Indonesia Lawyer Club/ /



MANTRA SUKABUMI - Muhammad Said Didu tanggapi Soal Kurikulum dan buku kamus sejarah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia (Kemendikbud).

Seperti diketahui bahwa sebelumnya pada kurikulum pendidikan tinggi Kemendikbud tidak mencantumkan pelajaran Pancasila dan Bahasa Indonesia.

Sama halnya pada buku kamus sejarah Kemendikbud juga tidak mencantumkan pendiri Nahdlatul Ulama (NU), KH. Hasyim Asy'ari.

Baca Juga: Ada Diskon hingga 90% Plus Voucher, Belanja Termurah di Shopee Murah Lebay

Baca Juga: Reaksi Cowok Rusia Lihat Foto Aurel Hermansyah: Saya Kaget Melihatnya

"Pancasila klean hilangkan. Pejuang dan pendiri NU klean hapus,Tokoh PKI klean munculkan," ucap Said Didu, sebagaimana dikutip mantrasukabumi.com dari akun twitter @MuhammadSaidDidu, pada Rabu, 21 April 2021.

"Klean sebenarnya siapa dan mau apa ?," ucap Said Didu Menambahkan.



Namun dalam keteranganya, Kemendikbud akhirnya buka suara untuk mengklarifikasi isu yang beredar dan tudingan dari berbagai pihak atas kejadian tersebut.

Direktur Jenderal (Dirjen) Kebudayaan Kemendikbud, Hilmar Farid menegaskan dalam keterangan tertulisnya bahwa Kemendikbud selalu berefleksi pada sejarah dan tokoh-tokoh yang membangun bangsa.

"Kemendikbud selalu berefleksi pada sejarah bangsa dan tokoh-tokoh yang ikut membangun Indonesia, termasuk KH Hasyim Asy'ari," tulis Hilmar pada Selasa, 20 April 2021.

Untuk meluruskan tudingan dari beberapa kalangan, Hilmar menjelaskan bahwa Kamus Sejarah Indonesia tidak pernah diterbitkan secara resmi.

Baca Juga: Hujan Kritikan hingga Pujian, Saat Anies Baswedan Ucapkan Selamat Hari Kartini 2021

Dokumen tidak resmi yang sengaja diedarkan di masyarakat oleh kalangan tertentu merupakan salinan lunak (softcopy) dari naskah yang perlu penyempurnaan.

"Naskah tersebut tidak pernah kami cetak dan edarkan kepada masyarakat," tegas Hilmar.

Hilmar melanjutkan, naskah tersebut dibuat sebelum periode kepemimpinan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Nadiem Anwar Makarim.

"Naskah buku tersebut disusun pada tahun 2017 sebelum periode kepemimpinan Mendikbud Nadiem Makarim, selama ini belum ada kegiatan penyempurnaan maupun rencana penerbitan naskah tersebut," jelasnya.

"Saya ingin menegaskan sekali lagi bahwa tidak mungkin Kemendikbud mengesampingkan sejarah bangsa ini, apalagi para tokoh dan para penerusnya," tambah Hilmar.

Baca Juga: Jalani Puasa Ramadhan di AS, Jurnalis Muslim Indonesia: Saya Dapat Banyak Pertanyaan

Baca Juga: Rela Merendah ke Jokowi Demi Bela Petani, Susi Pudjiastuti: Mohon Sekali, Mohon dengan Sangat

Hilmar menyampaikan komitmen Kemendikbud untuk menurunkan semua buku terkait sejarah modern serta membentuk tim koreksi untuk penyempurnaan yang lebih cermat.

"Tim pengoreksi akan dibentuk dengan melibatkan organisasi yang turut membangun negara ini, termasuk dengan Nahdatul Ulama (NU)," pungkas Hilmar. ***

Editor: Ridho Nur Hidayatulloh


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah